14 April 2009

Mengenal Tenologi Somatic Embriogenesis (SE) Kakao


se-0.jpgSejak pertengahan tahun 2008, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka)-Jember telah mengembangkan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) untuk menghasilkan bibit kakao. Namun pada umumnya masyarakat belum mengetahui apa sebenarnya Somatic Embryogenesis (SE) tersebut. Somatic Embryogenesis adalah proses proses dimana sel somatic yang ditumbuhkan dalam kondisi yang terkontrol berkembang menjadi sel embriogenetik yang selanjutnya setelah melewati serangkaian perubahan morfologi dan biokimia dapat menyebabkan pembentukan embrio somatik.

Berbeda dengan embrio zigotik (hasil persilangan tanaman), perkembangan embrio somatik sangat mudah diamati, kondisi kultur sangat terkontrol dan dapat diperoleh embrio somatik dalam jumlah besar. Dengan demikian, SE akan memainkan peranan penting pada perbanyakan klonal kakao, karena secara genetik bersifat klonal dan secara morfologi bersifat normal.

se-1.jpg

Adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Nestle (Nestle K&D Centre) Tours, Perancis yang telah mengembangkan teknik kultur in vitro kakao melalui SE dengan menggunakan media padat. Teknologi tersebut telah dapat diterapkan dalam skala besar dan tanaman kakao hasil SE telah diuji lapang, di Equador. Saat ini teknologi tersebut telah ditransfer ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslikoka) melalui sistem training yang telah dilakukan pada tahun 2006 - 2007 serta melalui program pendampingan teknologi dalam proses, produksi bibit.

se-2.jpgBerdasarkan hasil pengujian tanaman asal Somatic Embriogenesis (SE), dibandingkan dengan tanaman asal benih, okulasi orthotrop, okulasi plagiotrop, dan setek diketahui bahwa tanaman kakao asal SE memiliki tajuk sempurna lengkap dengan jorquette, memiliki sistem perakaran tunggang, pertumbuhan seragam dan bersifat vigor, 4 bulan lebih cepat berbuah, relatif tahan kekeringan dan berproduksi tinggi. Pada panen pertama (berumur 3 tahun setelah tanam), produksi kakao asal SE hampir mencapai 500 kg/ha/tahun. Hasil ini lebih tinggi 500% dibandingkan dengan produksi tanaman asal benih. Sebagian dari selisih hasil ini sudah dapat digunakan untuk menutupi perbedaan harga bibit asal SE dan benih. Produksi kakao asal SE terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sudah dapat mencapai 1.137 kg/ha/tahun pada umur 4 tahun setelah tanam dan 1.680 kg/ha/tahun pada umur 5 tahun. Potensi produksi bisa mencapai diatas 2 ton/ha/th.

Tabel. Proses Perbanyakan Bibit Kakao SE

tabel se.jpg

Bibit kakao SE tersebut, lebih unggul jika dibandingkan dengan jenis tanaman yang ada sekarang. Tanaman kakao yang dikembangkan di Indonesia saat ini umumnya adalah hasil perbanyakan dengan benih, sehingga terjadi keragaan yang sangat heterogen, tingkat produktivitas juga rendah, dibawah 1000 kg/ha/th, dan tanaman ini kurang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman kakao yaitu PBK (Penggerek Buah Kakao), penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora) dan VSD (Vasculer Streak Deiback). Inilah yang menyebakan produktivitas dan mutu kakao Indonesia rendah. Dan oleh karena tidak tahan terhadap penyakit utama (PBK dan VSD) tersebut, maka hama dan penyakit ini semakin berkembang dan sulit dikendalikan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mulai tahun 2009 akan melaksanakan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Indonesia. Melalui gerakan ini, akan dilakukan peremajaan, rehabilitasi dan intisifikasi tanaman dengan menggunakan bibit kakao SE. Gernas Kakao selama tiga tahun (tahun 2009 s.d 2011) meliputi luas 450.000 ha di 9 provinsi dan 40 kabupaten di Indonesia.

Tabel. Perbandingan Perbanyakan Tanaman

Uraian

Perbanyakan

Generator

Perbanyakan Vegetatif

Benih

Okulasi

Setek

SE

Genetik

Sangat Heterogen

Homogen

Perakaran

Akar Tunggang

Akar tunggang

Homogen

Jorquette

Sempurna

Tidak ada

Khusus

- Perakaran tidak seragam

- Terbentuk Kotiledon

- 80% produksi berasal dari 20% populasi tanaman

- Perakaran tidak seragam

- Tidak terbentuk Kotiledon

- Diperlukan banyak pangkasan

- Berkembang akar lateral

- Tidak terbentuk Kotiledon

- Pertumbuhan batang pendek

-Cepat berubah

-Tidak terbentuk Kotiledon

-Produksi tinggi

-Pertumbuhan vigor

-Tahan kekeringa

Sumber : Puslitkoka Jember, 2008


Template by : kendhin x-template.blogspot.com