07 Oktober 2008

Budidaya Garut

I. PENDAHULUAN

Perekonomian Indonesia yang semakin memburuk memberikan dampak negatif yang nyata pada ketersediaan pangan dewasa ini. Ketergantungan pada beras menyebabkan bergesernya konsumsi untuk komoditas yang lain. Sumber karbohidrat non beras perlu ditingkatkan peranannya seiring dengan program diversifikasi pangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan.

Garut merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat alternatif, dimana garut bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati garut dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, farmasi atau obat-obatan, kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton. Selain campuran bedak, pati garut digunakan sebagai campuran minuman alkohol, obat penyakit panas dalam, obat borok, bahan pengikat tablet dan ektender pada perekat sintetis. Dibandingkan pati lainnya, garut bentuk seratnya lebih pendek sehingga mudah dicerna dan dapat dijadikan makanan bayi dan anak penyandang autis dan sindrom down, serta diet bagi manula dan pasien dalam masa penyembuhan.

Garut merupakan sumber potensial pengganti tepung terigu. Impor terigu setiap tahunnya tidak kurang dari 3 juta ton. Padahal kalau kita mempunyai 335 ribu hektar lahan garut, impor terigu dapat berkurang ratusan ribu ton. Garut mempunyai potensi pasar internasional, di St. Vincent (Amerika Tengah), tanaman ini telah diusahakan secara komersial dan sekitar 95% kebutuhan dunia dipasok dari negara ini, negara pengekspor garut di kawasan Asia Tenggara adalah Philipina. Di Indonesia tanaman garut belum dibudidayakan secara intensif, oleh karena itu perlu pemasyarakatan penggunaan bahan baku garut serta budidaya tanamannya.

II. PENGENALAN TANAMAN GARUT

Tanaman garut hanya menyukai daerah tropis, tanaman ini termasuk dalam

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberles

Famili : Marantaceae

Genus : Maranta

Species : Maranta arundinaceae L.

Seperti halnya dengan tanaman-tanaman lain yang tergabung dengan ordo ini maka bentuk tanaman ini adalah herba yang berumpun, tingginya 1-1,5 m, dengan perakaran dangkal dari rhizoma menjurus ke arah dalam tanah. Mula-mula rhizoma ini berupa cabang yang merayap dan lama kelamaan secara bertahap akan membengkak dan menjadi suatu organ yang berdaging dengan bentuk silinder. Rhizoma atau sering juga disebut dengan umbi ini berwarna putih atau coklat muda. Panjang rhizoma 20 - 45 cm, sedang diameternya 2 - 5 cm.

Daun tanaman ini berbentuk oval dengan panjang 10 - 15 dan lebarnya 3 - 10 cm. Pelepah daun berbaris dua, bersisi tidak sama dan memeluk batang. Ujung tangkai daun melebar, jumlah tulang daunnya sangat banyak dan letaknya sejajar.

Bunga garut kecil-kecil terletak pada pangkal ujung dan panjangnya 2 cm dengan kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna putih. Pada bunga ini hanya terdapat satu benangsari yang fertil dengan kepalasari beruang satu. Buahnya tenggelam dan beruang, tiap ruangnya hanya terdapat satu bakal biji. Panjang buah ini hanya sekitar tujuh milimeter. Tanaman garut mempunyai 2 kultivar yang penting, di Sint Vincent kultivar tersebut dinamakan Creole dan Banana. Dua kultivar tersebut dapat di bedakan berdasarkan perbedaan sifatnya. Ciri dan sifat dari cultivar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Creole Rhizomanya kurus panjang, menjalar luas dan menebus ke dalam tanah. Bila kultivar ini tumbuh di daerah yang kurang subur mempunyai kecenderungan menjadi umbi yang kurus dan tidak berguna. Dan ini sering disebut akar cerutu atau cigar root. Kultivar ini setelah dipanen mempunyai daya tahan selama tujuh hari sebelum dilakukan pengolahan. Saat ini tanaman garut kultivar creole telah tersebar luas di areal petani.

b. Banana, kultivar ini umumnya menjadi ciri atau sifat yang berlainan dengan creole. Rhizomanya lebih pendek dan gemuk, tumbuh dengan tandan terbuka pada permukaan tanah. Umbinya terdapat dekat dengan permukaan tanah, maka lebih mudah dipanen. Cara pemanenan dengan alat mekanik pun dapat dilakukan dengan aman. Keuntungan lain dari kultivar ini adalah kecenderungan untuk menjadi akara cerutu sangat kecil sekali, hasil panen lebih tinggi dan kandungan seratnya lebih sedikit, sehingga lebih mudah diolah bila dibandingkan dengan creole. Tapi kejelekan dari kultivar ini adalah kualitas umbi setelah pemanenan cepat sekali mengalami kemerosotan hingga harus segera diolah paling lama dalam tempo 48 jam setelah panen.

Kedua Rhizoma atau umbi tersebut mempunyai kesamaan diantaranya sama-sama berwarna putih. Kultivar lain ditemukan di Dominica dengan umbi berwarna merah.

III. PENYEBARAN TANAMAN GARUT

Tanaman garut dibudidayakan secara teratur di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Lampung dan Sulawesi Tenggara baru sebagian kecil. Tanaman garut ini di DI. Yogyakarta, Jambi, Riau dan Jawa Barat sudah di tanam meskipun tidak teratur. Tanaman ini belum dibudidayakan secara teratur oleh para petani di daerah survei Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku. Tanaman ini terdapat pada ladang yang tidak diusahakan petani dipinggir-pinggir hutan. Usaha pemeliharaan tanaman garut oleh para petani baru meliputi menyiang, membumbun dan belum melakukan pemberantasan hama dan penyakit. Pemupukan hanya dilakukan para petani di Jawa Timur dan DI. Yogyakarta. Rincian tingkat pemeliharaan tanaman garut ini di beberapa daerah survei dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Tingkat Pemeliharaan Tanaman Garut (%)

Propinsi

Budidaya

Budidaya

Tumbuhan

teratur

tidak teratur

liar

1. Jawa Barat

0

0

-

2. Jawa Tengah

100

0

-

3. Jawa Timur

84,8

11,2

-

4. D.I. Yogya

0

90

10 dipekarangan

5. Sumatera Barat

0

0

100 di pekarangan

sekitar rumah

6. Jambi

0

100

7. Riau

0

3,3

96,7% dipekarangan

dipinggir hutan

8. Lampung

5

95

0

9. Kalsel

0

0

100 tumbuh di ping-

gir kampung dan

di lading

10. Sultra

0

0

Belum dikenal

11. Sulsel

0

0

100 tepi semak

pinggir kebun

12. Sulteng

0

0

100 di hutan dan

Lading

13. Maluku

100

0

-

Tabel 5. Beberapa Perlakuan Budidaya dan Tingkat Pemeliharaan Tanaman Garut

Rata-rata

Tingkat pemeliharaan (%)

Propinsi

Jarak tanam *)

Hasil/kg

rumpun

Menyiang

Membum-

bun

Memupuk

Pengenda-

lian OPT

1. Jawa Barat

-

-

-

-

-

-

2. Jawa Tengah

0,25 x 0,25 m

0,25 kg

100

100

0

0

3. Jawa Timur

50 x50 cm

Teratur 84,8%

1,60/kg rp

100

93,3

96,4

0

40x50 cm

Tak teratur 15,2%

4. DI Yogya

Tak teratur

3,7 kg/phm

100

100

45(pupuk kandang + sampah)

0

5. Sumatera Barat

-

-

-

-

-

-

6. Jambi

Tak teratur

0,5 kg/ph

81,3

81,3

0

0

7. Riau

Tak teratur

0,3 kg/ph

3,3

3,3

0

0

8. Lampung

Tak teratur

0,3 kg/rpm

0

0

0

0

9. Kalsel

-

-

-

-

-

0

10. Sultra

30 x 30 cm

0,1-0,25

2,5

2,5

-

0 (tanaman

50 x 50 cm

Kg/rp

tsb belum

dikenal)

11. Sulteng

-

0,3 kg/ph

-

-

-

Belum di

Budidaya

12. Sulsel

Tak teratur

70

0

0

0

0

13. Maluku

-

-

-

-

-

-

*) Jenis pupuk dan perkiraan jumlahnya

IV. BUDIDAYA TANAMAN GARUT

Pemilihan bibit

Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 - 7 cm dan mempunyai 2 - 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektarnya adalah 3.000 - 3.500 kg bibit.

Pengolahan Tanah

Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 20 - 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 - 30 ton per hektar karena kompos atau pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 - 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 - 50 cm.

Penanaman

Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober agar tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau cangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 - 15 cm. Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.

Pemupukan

Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 - 30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350 - 400 kg/ha, SP-36 sebanyak 200 - 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 - 350 kg/ha. Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula diberikan secara bertahap.

Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.

Pemberian pupuk dapat dilakukan pada garitan atau alur yang dibuat disepanjang barisan tanaman; dan dapat juga lubang-lubang yang dibuat dengan menggunakan tugal didekat pangkal tanaman garut. Setelah pupuk diberikan selanjutnya lubang atau alur tersebut ditutup kembali dengan tanah untuk menghindari terjadinya kehilangan pupuk akibat penguapan.

5. Pemeliharaan

Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman. Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap bulan terutama selama 3 - 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan cangkul.

Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul, lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma-gulma yang ada dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.

Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada dasarnya adalah suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak mengandung serat dan sedikit sekali kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini bukan akibat dari adanya serangan hama atau penyakit tetapi akar cerutu terbentuk untuk membentuk tunas-tunas baru. Kegiatan pembumbunan pada tanaman garut ini merupakan kegiatan yang sangat perlu dilakukan untuk memelihara kondisi tanah dalam keadaan gembur sehingga pertumbuhan dan perkembangan umbi menjadi sempurna.

6. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya

Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu-satunya jenis hama yang penting adalah ulat penggulung daun (Colopedes athlius Cran.), ciri-cirinya daun yang terserang melinting (menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat proses asimilasi yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut. Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang mengandung arsanik.

Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar. Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang tanaman garut yang diusahakan pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan tinggi dengan drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase yang baik produksi rata-rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun dengan tingkat budidaya yang baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar.

7. Panen

Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur antara 10 - 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas /kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 - 37 ton umbi per hektar.

8. Pasca Panen

Umbi garut dapat dibuat tepung dan pati garut yang dapat disimpan lama ditempat yang kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya sangat berlainan, tergantung cara pengolahan dan mutu bahan bakunya. Tepung garut kualitas komersial berwarna putih, bersih, bebas dari noda dan kandar airnya tidak lebih dari 18,5 %, kandungan abu dan seratnya rendah, pH 4,5 - 7 serta viskositas maksimum antara 512- 640 Brabender Unit.

Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan umbi

Pilih umbi yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen.

b. Pembersihan

Bersihkan umbi garut dari kotoran (tanah) dan kulit atau sisik-sisiknya.

c. Pencucian dan Perendaman

Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian segera direndam selama beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan (browning).

d. Penyawutan

Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengana alat pengiris atau penyawut ubikayu.

e. Pengeringan

Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering butan hingga berkadar air 10 - 12 %.

f. Penepungan

Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak dengan ayakan tepung berulang-ulang. Tampung tepung garut dalam wadah.

g. Penyimpanan

Simpan wadah yang berisi tepung di tempat yang kering.

Cara pembuatan pati garut adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan dan Pembersihan Umbi

Pilih umbi garut yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan sisik-sisiknya terus dicuci dengan air bersih yang mengalir.

b. Pemarutan dan Pemisahan Pati

Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air bersih sambil diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya. Selanjutnya saringlah bubur tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari seratnya. Larutan hasil perasan segera diendapkan sehingga air terpisah dari endapan pati.

c. Pengeringan

Jemurlah endapan pati garut hingga kering, kemudian gilinglah menjadi pati halus.

d. Pengemasan dan Penyimpanan

Kemaslah pati garut dalam wadah (kemasan) kantong plastik atau kaleng yang kedap usara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering.

Pembuatan pati garut dalam skala besar dengan cara sebagai berikut :

a. Cucilah umbi garut dalam bak khusus, kemudian bersihkan dari sisik-sisiknya.

b. Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, lalu tambahkan air bersih kedalam bubur kasar sambil diaduk-aduk dan diremas-remas.

c. Masukkan bubur tersebut ke dalam alat yang terdiri atas tiga saringan yang terus bergetar sehingga patinya terpisah.

d. Tumbuk (haluskan) ampas yang tertinggal, campur dengan air, lalu saring lagi dan dimasukkan kedalam mesin pemisah agar diperoleh ekstrak pati secara maksimum.

e. Campurkan lagi pati dengan air bersih dan disaring dengan saringan 120 mesh. Putar-putar lagi saringan tadi dalam mesin pemisah pati. Hasilnya ditambah air dan asam sulfit.

f. Biarkan endapat beberapa saat dalam bak, lalu keringkan pada suhu 55 – 600 C selama 2 - 3 jam. Hasilnya diperoleh pati halus berwarna putih.

g. Kemaslah pati garut dalam wadah kaleng tertutup atau kantong plastik.

h. Simpan wadah (kemasan) berisi pati garut di tempat yang kering.

V. ANALISA USAHATANI GARUT

Perkiraan analisa ekonomi usahatani garut per musim pada lahan seluas satu hektar adalah sebagai berikut :

A. Biaya Produksi

1. Biaya Sarana Produksi

a. Bibit 3.500 kg @ Rp. 250,- : Rp. 875.000,-

b. Pupuk Kandang 20 ton : Rp. 1.000.000,-

c. Pupuk Buatan :

ü Urea 350 kg @ Rp. 1.200,- : Rp. 420.000,-

ü SP-36 300 kg @ Rp. 1.600,- : Rp. 480.000,-

ü KCl 300 kg @ Rp. 1.900,- : Rp. 570.000,-

2. Biaya Tenaga Kerja

a. Pengolahan Tanah 100 HKP : Rp. 750.000,-

b. Pemupukan dan Penanaman 10 HKP + 20 HKW

: Rp. 155.000.-

c. Pemeliharaan 10 HKP + 50 HKW

: Rp. 275.000,-

d. Panen dan Pasca Panen 10 HKP + 80 HKW

: Rp. 395.000,-

3. Biaya Lain-lain (tak terduga) : Rp. 400.000,-

4. Nilai Sewa Tanah 1 Tahun : Rp. 1.000.000,-

------------------

Jumlah : Rp. 6.320.000,-

B. Produksi dan Pendapatan

Diasumsikan hasil mencapai 25 ton/ha dengan harga Rp. 400,- per kg, maka :

1. Dijual dalam bentuk umbi segar:

a. Hasil penjualan 25.000 kg @ Rp. 400,-

: Rp. 10.000.000,-

b. Biaya produksi : Rp. 6.320.000,-

c. Pendapatan (keuntungan) : Rp. 3.680.000,-

2. Dijual dalam bentuk olahan :

Bila umbi diolah menjadi tepung garut dengan rendemen 15 % dengan harga jual tepung sebesar Rp. 4.000,- per kg , maka :

a. Hasil penjualan tepung garut (rendemen 15 %)

à 3.750 kg @ Rp. 4.000,- : Rp. 15.000.000,-

b. Biaya sarana produksi : Rp. 6.320.000,-

c. Biaya pengolahan (umbi à tepung) : Rp. 1.000.000,-

d. Pendapatan (keuntungan) : Rp. 7.680.000,-

VI. MANFAAT GARUT

Ü Garut sebagai bahan makanan

Umbi garut dapat direbus atau dikukus untuk makanan sampingan. Umbi garut rebus yang dipotong tipis-tipis dapat dijadikan keripik dan emping

tepung garut dapat dijadikan macam–macam olahan seperti berikut :

1. bubur untuk bayi, orang tua dan anak autis

2. puding

3. biskuit

4. kue-kue basah

5. kue-kue kering

6. jenang

7. campuran bolu

8. hunkwe

9. campuran permen coklat dan campran sirop

10. minuman beralkohol

Adapun beberapa cara pengolahannya sebagai berikut :

a. Keripik Garut

Bahan alat untuk pembuatan keripik garut antara lain 1 kg umbi garut yang segar dan gemuk, ¼ kgliter air, minyak goreng dan garam secukupnya.

Alat yang digunakan adalah pisau, baskom, kompor dan alat penggoreng.

Cara pembuatan keripik garut yaitu umbi dicuci lalu diiris-iris setebal 0,5 cm. Irisan tersebut ditaburi garam, diaduk sampai rata dan didiamkan setengah jam agar lunak dan hilang getahnya. Dicuci dan ditiriskan kemudian dikukus sampai kering. Irisan itu digoreng dalam minyak panas, apinya dijaga jangan sampai kental, kemudian masukkan esen dan aduk sampai rata. Api dikecilkan dan keripik dimasukan dalam adonan gula dan diaduk sampai rata. Setelah rata diangkat dan dianginkan sampai dingin. Selanjutnya siap disantap atau dipak dalam kantong plastik untuk dijual.

b. Emping Garut

Alternatif lain dari pengolahan umbi garut ini adalah dibuat emping. Selama ini emping banyak dikenal orang adalah emping melinjo, ternyata garutpun dapat dijadikan emping yang rasanya tak kalah lezatnya dengan emping yang lain karena memiliki citra rasa tersendiri.

Cara pembuatannya : umbi garut dipotong sekitar 10 cm dari ujungnya, karena bagian ini tidak terlalu banyak mengandung serat. Setelah itu udikupas dan dicuci hingga bersih. Umbi dikukus sekitar 15 - 60 menit sampai umbi terasa kenyal dan lengket. Kemudian umbi dipotong-potong sebesar 1 - 2 cm untuk umbi yang besar dan 2 - 3 cm untuk umbi yang kecil agar emping yang dihasilkan dapat seragam bentuknya. Umbi yang dipotong ditumbuk pelan-pelan dengan dialasi plastik. Pengeringan emping dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari selama 2 - 5 hari. Emping garut juga dapat dijual matang dengan cara menggorengnya terlebih dahulu.

c. Tepung Garut

Cara pembuatan tepung garut yaitu umbi dibersihkan dari sisiknya.

Pembersihan ini penting karena mempengaruhi hasil akhir dari tepung. Umbi dicuci kemudaian diparut sampai menjadi bubur kasar. Bubur dicampur dengan air lalu diaduk sambil diremas-remas. Campuran ini disaring untuk memisahkan serat-seratnya. Larutan ini diendapkan sampai airnya menjadi jernih. Setelah itu airnya dibuang. Gumpalan pati dicuci berulang kali. Gumpalan pati diletakkan ditempayan/nampan lalu dijemur sampai kadar airnya kurang dari 18,5%. Gumpalan pati yang sudah kering dihancurkan sampai menjadi tepung halus dan disimpan di tempat yang kering.

d. Jenang Garut

Salah satu cara pengolahan tepung garut adalah pembuatan jenang garut. Jenang garut disajikan dengan parutan kelapa.

Cara pembuatannya : tepung dicampur dengan air bersih sampai macak-macak Adonan ini dipanaskan diatas api kemudian ditambahkan 4 gelas santan. Garam, daun pandan dan gula jawa yang telah diiris halus dimasukan. Adonan dituangkan dalam loyang dan dibiarkan sampai dingin. Setelah itu diiris-iris dengan bentuk empat persegipanjang sebelum disajikan digulingkan dulu dalam parutan kelapa.

e. Jentik manis

Jentik manis merupakan salah satu olahan basah dari tepung garut. Jentik manis yang terbuat dari tepung garut ini cara pembuatannya ditambah dengan sekoteng.

Cara pembuatannya :

Tepung garut, santan, garam dan gula dicampur menjadi satu. Adonan ini dimasak sambil diaduk-aduk sampai menjadi bubur. Sekoteng yang telah direbus dimasukkan, diaduk-aduk sebentar kemudian diangkat. Dibungkus dengan daun pisang.

f. Kue Dadar.

Kue dadar ini terbuat dari tepung garut dengan dicampur tepung beras dan tepung ketan. Kue dadar ini disajikan dengan santan kental.

Cara pembuatannya :

Isi/inti : Kelapa diparut, diletakkan di wajan, dibubuhi gula sampai manis dan dituangi kira-kira 1 cangkir air, diaduk-aduk terus sampai kental, dibubuhi tepung ketan dan diaduk lagi sampai tepungnya matang, lalu diangkat. Jika sudah dingin, dipulung panjang-panjang kira-kira sepanjang jari untuk diisikan ke kulit dadar.

Kulit dadar : Tiga macam tepung (tepung beras 2 cangkir, tepung garut ¾ cangkir, tepung ketan ¾ cangkair) dicampur menjadi satu, diadoni dengan santan cair yang terlebih dahulu dihangatkan kemudian diuleni. Telur ayam (3 butir) dikocok dan dicampurkan ke dalam adonan tadi, lalu dicairkan dengan santan sampai adonan seperti adonan risoles, kemudian garam dimasukkan. Adonan didadar di wajan panekuk yang telah diproses sedikit minyak. Jika pinggirnya sudah kering, diangkat, kemudian diisi dengan unti kelapa, lalu dilipat seperti risoles. Kue dadar ini dimakan dengan santan kental yang telah direbus dengan sedikit garam dan beberapa lembar daun pandan.

Ü Garut sebagai bahan obat-obatan.

Sebagai bahan obat-obatan garut dapat digunakan untuk :

mendinginkan perut

obat disentri

obat eksim

memperbanyak ASI

tapal luka dari serangan panah beracun

obat penyembuh borok

perasan umbi garut dapat dijadikan penawar sengatan lebah.

Ü Garut sebagai bahan baku industri

Sebagai bahan baku industri, umbi garut dapat digunakan untuk :

bahan kosmetik

lem,

minuman beralkohol

di pabrik tablet, untuk mempersiapkan makanan yang mengandung barium yang diperlukan untuk penghancuran cepat.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

pada kedalaman tanam berapa tanaman garut tumbuh&manghasilkan hasil yg baik? mengapa kedalaman tersebut? ada buku acuannya??
terimakasih untuk jawabannya,, (dikirim via email ya,,, :D)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com