03 Maret 2009

KERIPIK PISANG

1. PENDAHULUAN
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang
dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk
mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun
pepaya jantan.
Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari
dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi
busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa
simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk
minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti
manisan, dodol, keripik, dan sale.
Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja
sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas.
2) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya : pisang
kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk.
Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buahbuahan
lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah
pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik,
dodol, sale, anggur, dan lain-lain.
Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi masyarakat. Hasil olahan keripik
pisang mempunyai rasa yang berbeda-beda, yaitu : asin, manis, manis pedas,
dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat sederhana dan membutuhkan
modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik dibuat keripik adalah pisang
ambon, kapas, tanduk, dan kepok.

2. BAHAN
1) Pisang tua (mengkal) 20 kg
2) Minyak goreng 1 kg
3) Garam secukupnya
3. ALAT
1) Baskom
2) Alas perajang (talenan)
3) Pisau
4) Ember plastik
5) Penggorengan (Wajan)
6) Lilin (untuk kantong plastik)
7) Tungku atau kompor
8) Tampah (nyiru)
9) Keranjang bambu
10) Kantong plastik (sebagai pembungkus)

3. CARA PEMBUATAN
1) Jemur pisang selama 5~7 jam, lalu kupas;
2) Iris pisang tipis-tipis ± 1~2 mm menurut panjang pisang;
3) Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam kemudian panaskan. Goreng
irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan
yang lainnya. Penggorengan dilakukan selama 5~7 menit tergantung jumlah
minyak dan besar kecilnya api kompor;
4) Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan;
5) Saring minyak setelah lima (5) kali penggorengan, kemudian tambahkan
minyak baru dan garam;
6) Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup
dingin.

PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

1. PENDAHULUAN
Kabupaten Magelang terutama di Kecamatan Pakis, Ngablak, Dukun dan
Kajoran sangat potensial untuk diusahakan penggemukan sapi. Kondisi ini
didukung oleh mudahnya untuk memperoleh bahan pakan ternak baik yang
berupa Hijauan Makanan Ternak (HMT), limbah peternakan (bekatul/dedak)
ataupun makanan penguat lainnya seperti singkong.

2. CARA PEMIILIHAN BAKALAN
Bakalan yang baik untuk digunakan sebagai bahan penggemukan seperti yang
sering dilakukan di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang adalah : Sapi
sehat (tidak ada tanda penyakit); berkelamin jantan; dari jenis Limosin, Simetal,
Brahman atau ongole ataupun PFH; bentuk badan panjang/kaki
pendek/kuat/dada lebar dan dalam; umur antara 1-2 tahun (sapi muda) dan 2-3
tahun (sapi dewasa).
Sedangkan kalau kita mengikuti pengalaman dari Desa Sewukan Kecamatan
Dukun, bentuk kerangka yang besar dan panjang; kepala dan moncong besar;
tulang punggung biarpun kurus tapi lurus serta bulunya yang mengkilap sangat
diminati selain persyaratan-persyaratan lainnya.
Namun kenyataan dilapangan bahwa untuk memperoleh bakalan yang benarbenar
sempurna sesuai dengan persyaratan di atas adalah sangat sulit oleh
karena itu diusahakan agar kondisinya lebih mendekati persyaratan tersebut.
Cara modern yang saat ini digalakkan oleh pemerintah adalah dengan
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik. Contohnya seperti apa yang
dilakukan oleh Bapak Sukardi dari Kecamatan Kajoran, dengan cara ini dapat
dipastikan akan memperoleh hasil bakalan yang baik dan terjamin.

3. PERKANDANGAN
Dalam penggemukan sapi, kandang merupakan salah satu faktor penentu
dalam keberhasilan. Kalau kita salah dalam mendesain kandang maka akan
dihasilkan sapi yang kurang menguntungkan seperti terganggunya kesehatan
serta terhambatnya pertumbuhan berat badan.
Beberapa syarat kandang yang baik menurut Bapak Sugito dari Kelompok Tani
Sumber Rejeki Desa Daleman Kidul Kecamatan Pakis adalah sebagai berikut :
1) Lokasi kandang harus terpisah dari Rumah Tinggal.
2) Bahan kandang agar ekonomis dengan bahan lokal, lantai cukup dengan
batu kali yang disemen dengan kemiringan 5 derajat ke arah saluran
pembuangan
3) Cukup ventilasi sinar dan udara.
4) Tempat makan dibuat di depan dan dibuat berbentuk melengkung agar
mudah membersihkannya dari sisa-sisa makanan.
5) Bentuk kandang ada yang tunggal (satu baris) atau ganda (berhadapan atau
bertolak belakang).
6) Ukuran kandang 1 x 2 m2 untuk per ekor.

4. PEMBERIAN PAKAN
Cara-cara dan macam pakan yang baik untuk penggemukan versi peternak dari
Desa Sewukan Kecamatan Dukun adalah :
1) Macam pakan Hijauan (minimal 10% dari BB); Bekatul/Ubi (1% dari BB);
Garam dapur (secukupnya) dan Komboran/air minum (secukupnya).
2) Cara dan waktu pemberian pakan : Untuk hijauan (3 x per hari); Garam +
bekatul/ubi 2 x per hari); Komboran atau air secukupnya.

5. KESEHATAN TERNAK
Untuk mencegah penyakit yang akan timbul disarankan oleh bapak Sugito (
Pakis ) agar kandang tetap dijaga kebersihannya, ternak diumbar antara pukul
08.00 - 10.00 dan dimandikan setiap hari.
Demikian pula masalah penyakit kembung perut atau masuk angin, untuk dapat
segera di obati dan sering-sering berkonsultasi dengan aparat kesehatan.

Penggemukan Sapi Potong dengan Nutrisi Organik

Rekans terhormat, berikut ini saya mau sharing mengenai teknologi
penggemukan sapi potong dengan suplemen organik 100%. Semoga kiranya
bermanfaat bagi rekans sekalian yang saat ini menggeluti dunia
peternakan, khususnya sapi potong sekaligus bermanfaat pula untuk
kemajuan dunia agro Indonesia, khususnya peternakan.

I. Pendahuluan.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional
dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi
jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun
akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip
budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas,
Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik
untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan
kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging
dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha
penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke
bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut).
Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang
baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh,
bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah
disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole
(PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya
lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada
bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona
sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang
terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini
mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan
putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran
besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil
akhir usaha penggemukan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman.
Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi
pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena
kurang pakan, bukan karena sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok.
Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri
berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat,
karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki
ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan
digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena
banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode
penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan
tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe
kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga
sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah,
karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi
digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga
proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah
(saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen
dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan
berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan
membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan
adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat.
Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu,
bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan.
Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen,
sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap
dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap
ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami
padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar
sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono
sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya
kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan
yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya
sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim
pencernaan.

Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan
mengeluarkan produk VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK. Produk ini
menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan
fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang
dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus merupakan nutrisi organik yang diolah dari bahan-bahan
alami yang mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan
lain-lain.
- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan
lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses
fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi
dari serangan penyakit.
- Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam
asetat dan asam butirat.

POC NASA merupakan formula khusus yang berguna bagi ternak/ikan
maupun tanaman yang dibuat murni dari bahan-bahan organik mengandung
berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K,
Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati,
mampu meningkatkan pertumbuhan ternak sapi, ketahanan tubuh,
mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.

HORMONIK berfungsi sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk memacu dan
meningkatkan bobot ternak.

Cara Praktis Pemakaian VITERNA Plus, POC NASA, HORMONIK
POC NASA dan VITERNA Plus dioplos dalam satu wadah kocok/aduk hingga
larut. Tambahkan 20 cc (2 tutup botol) HORMONIK ke dalam campuran
VITERNA Plus dan POC NASA tadi. Aduk/kocok merata. Larutan suplemen
sudah siap diberikan kepada ternak sapi.

Cara pemberian larutan POC NASA, VITERNA Plus, dan HORMONIK tadi
dengan dosis 10 cc (1 tutup botol)/10 liter air komboran/ekor dengan
interval 2 kali sehari (pagi dan sore).

3.3. Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah
pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan
menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan
yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga
kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya
dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor
adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses
pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan
yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing
karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia
(terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak
mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan
ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk
sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi
sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk
memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada
sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang
digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak
karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran
harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada
saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting
dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah
cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh
baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan
meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas
rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi
yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat
sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada
umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan
sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi
lebih singkat.

NFORMASI LEBIH LENGKAP CALL :
ABROR YUDI PRABOWO
DISTRIBUTOR NASA
STOKIS G-077
Hp. 0818 - 4646 - 06

PENGGEMUKAN SAPI (1)

*
Bobot badan bibit sapi unggul atau sapi bakalan yang akan digemukkan harus seragam untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan gizi.
*
Penggemukan sapi dilakukan melalui (1) pasture fattening (dilakukan di padang penggembalaan), (2) drylot fattening (pemberian pakan konsentrat/butiran), (3) kombinasi pasture dan drylot fattening, serta (4) kereman (mirip dengan sistem drylot fattening).

*
Ransum yang diberikan berupa pakan hijauan yang meliputi rumput dan legum sebanyak 10% bobot badan (bb), konsentrat 1% bb, garam 15-30 g bb, kalsium fosfat (tepung tulang/kapur) 13-30 g bb, dan air secukupnya.
*Kandang dibuat terpisah dari rumah tinggal dan lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya. Kandang dilengkapi dengan alat penampung kotoran dan tempat pakan dan minum serta diperhatikan sanitasinya.
*
Pascapanen daging dilakukan dengan pengawetan secara curing, yaitu dengan menggunakan campuran garam, gula, bahan-bahanimia terutama nitrit ditambah dengan rempah-rempah seperti ketumbar dan bawang putih. Bahan pengawet dilumurkan pada permukaan daging tanpa penambahan air. Pengawetan dapat pula dilakukan melalui suntikan larutan pikel. Pengawetan daging dapat dilakukan dengan pengeringan melalui pengasapan, penjemuran, atau dehidrasi. Daging yang telah diawetkan dapat diolah menjadi abon, lidah asap, dendeng, bakso, sosis, dan lain-lain.

SAMBUNG SAMPING TANAMAN KAKAO (2)

Sambung Samping Kakao

PENDAHULUAN

Sulawesi selatan merupakan senrta roduksi kakao terbesar di Indonesia (40%) luas areal 240.785 ha dengan produksi 276.921 to/ha serta melibatkan sekitar 250.000 KK petani sehingga memberikan kontribusi bagi PAD yang sangat besar. Namun akhir- akhir ini produktivitas tanaman kakao makin menurun bahkan produksinya hanya sekitar 0.5-0.7 ton/ha

Rendahnya produksi kakao di sulawesi selatan disebabkan beberapa faktor antara lain penggunaan bahan tanaman yang tidak sesuai. Pada umumnya petani memperbanyak tanaman kakao dengan biji dan berasal dari pohon induk yang telah ditanam beberapa tahun yang lamanya sehingga tingkat keragaman di lapangan berbeda- beda. Selain itu juga disebabkan adanya serangan hama penggerek buah kakao (BPK) menyebabkan ekspor kakao semester I tahun 2003 menurun sebesar 70 % dibanding waktu yang sama pada tahun 2002.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu biji kakao yang tinggi ialah merehabilitasi tanaman dengan menggunakan bahan tanaman yang mempunyai produksi tinggi dan klon- klon yang tahan / toleran terhadap hama BPK. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik sambung samping.

Keuntungan Sambung Samping

  • Areal pertanaman kakao dapat direhabilitasi dalam waktu singkat
  • Diperoleh tanaman yang kuat terhadap berbagai gangguan iklim
  • Dibit murah, lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan okulasi.
  • Sementara batang atas hasil sambung samping belum berproduksi, hasil buah dari batang bawah dapat dipertahankan
  • Batang bawah berfungsi sebagai penaung sementara bagi batang atas yang sedang tumbuh
  • Memperbaiki klon- klon tanaman yang telah ditanam apabila klon tanaman tersebut sudah tidak dikehendaki.

Syarat– Syarat Batang Atas
  • Cabang berasal dari pohon yang kuat
  • Perkembangannya normal
  • Bebas dari hama dan penyakit
  • Bentuk cabang lurus dan diameternya disesuaikan dengan batang bawah ± 1 cm.

Persiapan Batang Atas (Entris)

  • Entris diambil dari pohon entris kebun produksi
  • Mempunyai produksi stabil
  • Tahan hama dan penyakit utama kakao
  • Klon anjuran untuk batang atas yaitu ICS60, ICS 13, TSH 858, UIT 1, GC 7, RCC 70, RCC 71, RCC 72, DAN RCC 73.
  • Entris berupa cabang plagiotrop berwarna hijau atau hijau kecoklatan dan sudah mengayu, dengan ukuran diameter 0.75-1.50 cm.
  • Panjang cabang ± 40 cm
  • Entries yang telah diambil langsung disambung pada hari itu juga. Apabila lokasi jauh maka entries dikemas terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut :
  • Potong entries sepanjang ± 40 cm, masukkan kedalam dos ukuran 45x20x23 cm berisi media yang dilapisi plastic
  • Media terdiri dari serbuk gergaji sebanyak 1 kg : 1.5 liter air dan alcosorb 3 gr.
  • Bahan entries diatur sedemikian rupa sehingga setiap bahan tertutupi oleh media. Setiap dos berisi 50 m dan membutuhkan media 2 kg serbuk gergaji dan 6 gr alcosorb.
  • Entries sebaiknya segera digunakan, usahakan jangan lebih dari 5 hari setelah pengambilan dari pohon entries
  • Sebelum entries disambungkan terlebih dahulu dipotong- potong ± 20 cm atau 5 mata tunas selanjutnya pangkal entries disayat miring atau runcing ± 3-4 cm

Syarat– Syarat Batang Bawah

  • Batang bawah harus sehat, kulit batang muda dibuka atau warna kambiumnya putih bersih
  • Apabila batang bawah kurang sehat, sebelum penyambungan lakukan pemupukan, pemangkasan, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit.

Bahan dan Alat

  • Batang bawah
  • Entries
  • Gunting pangkas
  • Pisau okulasi
  • Kantong plastic ukuran 18x8.5 cm, tebal 0.01 mm, (kantong gula pasir 0.25 kg)
  • Tali rafia yang telah dipotong- potong ± 1.25-1.50 m

Cara Menyambung

  • Penyambungan sebaiknya di lakukan pada awal musim hujan
  • Batang bawah dikerat pada ketinggian ± 50 cm dari permukaan tanah
  • Kulit batang diiris pada dua sisi secara vertikal dengan pisau okulasi, lebar 1-2 cm dan panjang ± 2-4 cm(sama denga ukuran entries yang akan disambungkan)

gbr1

a. Batang pokok yang masih utuh
b. Kulit batang yang dikerat
c. Kulit batang yang diiris vertikal

  • Kulit sayatan dibuka dengan hati- hati, entries dimasukkan kedalam lubang sayatan sampai kedasar sayatan.
  • Sisi entries yang telah disayat miring diletakkan menghadap batang bawah.
  • Tutup kulit sayatan tekan dengan ibu jari tutup dengan plastic kemudian diikat kuat dengan tali raffia

gambar 2

a. Kulit batang yang dibuka
b. Pemasangan entries
c. Pengikatan dan pengerudungan sambungan

  • Setelah dua sampai tiga minggu sudah dapat dilihat, sambungan berhasil ditandai entries masih segar sedangkan yang tidak berhasil kulit mengering atau busuk.
  • Plastic dapat dibuka setelah tunas tumbuh sepanjang ± 2 cm dengan cara bagian atas kantong plastic disobek
  • Lakukan penyiraman secukupnya secara rutin, buang tunas air yang tumbuh disekitar batang atas terutama dekat tempat penyambungan.
  • Tunas batang atas diikatkan kebatang bawah agar pertumbuhan mengarah keatas
  • Batang atas yang telah berumur 3-4 bulan dan panjangnya ± 60 cm dilakukan pemangkasan bentuk.
  • Tajuk batang bawah yang menaungi tunas hasil sambungan dipangkas seperdua bagian diatas sambungan.
  • Pengendalian hama, khususnya heliopeltis sp dan kutu putih
  • Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada umur 7-10 hari setelah penyambungan dengan mengurangi ranting yang terlalu rimbun.
  • Pupuk sesuai dosis anjuran untuk mempercepat pertumbuhan batang atas.
  • Pemotongan batang bawah dilakukan batang atas mulai berbuah yaitu umur 1.5-2 tahun setelah penyambungan, caranya potong miring pada ketinggian ± 50cm diatas pertautan. Luka bekas potongan dioles dengan TB 192

SAMBUNG SAMPING TANAMAN KAKAO (1)

PENDAHULUAN
Tanaman kakao yang sudah cukup tua terkadang susah untuk berproduksi,oleh sebab itulah perlu direhabilitasi. Salah satu cara yaitu melalui teknik sambung samping. Sambung samping adalah teknik perbaikan tanaman tua tanpa harus membongkar tanaman. Pada prinsipnya sambung samping menggabungkan atau menyambung batang bawah dengan klon yang dikehendaki.
Secara ekonomis teknik sambung samping cukup menguntungkan. Pelaksanaan sambung tidak perlu menunggu terlalu lama untuk melakukan pemanenan pada tanaman baru.
PELAKSANAAN SAMBUNG SAMPING
Penyambungan dilakukan sebaiknya pada pagi hari dan awal musim hujan,agar tanaman yang akan disambung masih dalam keadaan segar, dan mudah terkelupas. Uraian pelaksanaan sambung samping adalah batang kakao dikerat pada ketinggian 40-60 cm dari permukaan tanah.
Setelah itu batang disayat dengan pisau bersih selebar 1 cm dengan panjang 2- 4 cm. Sayatan dibuka dengan hati-hati supaya tidak merusak cambium. Kemudian entres dimasukkan dengan hati-hati kedalam lubang sayatan, sampai kedasar sayatan.
Kulit batang tanaman pokok ditutup kembali sambil ditekan dengan ibu jari dan diikat. Setelah itu plastik penutup dipasang. Selanjutan dilakukkan pengamatan tanpa membuka plastik penutup entres 2-3 minggu setelah penyambungan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sambungan itu jadi atau tidak. Bila kondisi entres masih segar berarti sambungan berhasil. Dilakukkan pembukaan plastik penutup bila panjang tunas sudah mencapai 2 cm atau lebih kurang umur satu bulan sejak pelaksanan sambungan.
PEMELIHARAAN
Dalam pemeliharaan ini tidak hanya pada batang yang disambung samping tetapi meliputi segala aspek yaitu pendangiran, pengendalian hama dan Penyakit, pemupukan, pemangkasan, dan pengairan. Pemupukan dilakukan 2 kali, yaitu sebulan sebelum penyambungan dan sebulan setelah penyambungan. Setelah 3 bulan pelaksanaan sambung samping sebaiknya tajuk batang bawah dipangkas. Batang bawah dapat dipotong total bila batang atas telah tumbuh kuat dan berbuah.
PANEN
Tanaman hasil sambung samping lebih cepat dapat dipanen yaitu pada umur 14-18 bulan, dan produksi dapat mencapai 1500 kg - 2500 kg/ha/thn.

ANALISA EKONOMI
A. BIAYA VARIABEL
Sarana produksi 1.540.600,-
Tenaga Kerja 10.700.000,-
Biaya lain-lain 9.988.000,-
Total biaya variabel 22.228.600
B. BIAYA TETAP
Peralatan 100.000,-
Sertifikat dan pajak tanah 675.000,-
Total biaya tetap 775.000,-
TOTAL BIAYA (A+B) Rp. 23.003.600,-
PENDAPATAN USAHA TANI
A. Penerimaan 85.466.666,67
B. Biaya 23.003.600,-
PENDAPATAN (A-B) Rp. 62.463.666,67

Template by : kendhin x-template.blogspot.com