29 Mei 2009

Deplu dan Deptan Selenggarakan Program Magang untuk Membantu Peningkatan Produksi Beras bagi Petani Asia dan Afrika

Departemen Luar Negeri Indonesia bekerjasama dengan Departemen Pertanian (Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Biro Kerjasama Luar Negeri) menyelenggarakan program apprenticeship program for Asian and African Farmers in Indonesia pada tanggal 22 April – 20 Juni 2009 dengan lokasi pemagangan di Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan (P4S) Cara Tani, Kuningan dan Balai Besar Pelatihan Pertanian, Lembang, Jawa Barat. Kegiatan pemagangan akan diikuti oleh 12 (dua belas) orang petani dengan rincian ; 6 (enam) orang petani dari Senegal, 1 (satu) orang petani dari Madagaskar, 2 (dua) orang petani dari Kamboja, dan 3 (tiga) orang petani dari Myanmar.




Program magang dibuka pada tanggal 22 April 2009 di Deptan. Dalam kata sambutannya Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Deptan Heri Sulyanto, menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik program magang bagi petani Asia dan Afrika untuk mempelajari sistem pertanian dan praktek penerapan teknologi usaha tani dari petani Indonesia, dalam peningkatan produktifitas pertanian pada umumnya dan pada khususnya dinegara asal masing-masing. Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa Indonesia telah berpengalaman dalam melaksanakan kegiatan ini dengan negara-negara di kawasan tersebut. Program ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi para petani Asia dan Afrika untuk belajar dan menimba pengalaman secara langsung dari para petani Indonesia.



Selanjutnya Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Deptan Farid Hasan Bahtir menyampaikan bahwa selain memberikan program pemagangan bagi petani, Pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan peralatan pertanian berupa traktor tangan dan mesin pompa serta tenaga ahli pertanian kepada Gambia,Tanzania, Sudan Fiji, Vanuatu, Samoa, Tonga, Timor Leste, Madagaskar, Papua New Guinea, Myanmar dan Kamboja. Melalui program ini diharapkan terjadi pertukaran pengetahuan dan pengalaman diantara peserta. Selain itu program ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempromosikan peralatan pertanian, benih, tenaga ahli Indonesia dan pemanfaatan pengetahuan tentang mekanisasi dan teknologi pertanian.



Sementara itu dalam sambutan yang menandai dibukanya program tersebut secara resmi, Direktur Kerjasama Teknik, Esti Andayani, menyatakan bahwa program magang bagi petani Asia dan Afrika merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia untuk turut membantu pembangunan sesama negara berkembang dalam kerangka kerjasama selatan-selatan. Sebagai negara yang juga menjadi penerima bantuan kerjasama teknik, Indonesia telah mampu meningkatkan kapasitas di berbagai bidang yang dibutuhkan oleh negara-negara di wilayah selatan-selatan, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia juga mulai memberikan berbagai bantuan teknik guna mendukung perkembangan pembangunan di negara-negara tersebut.



Direktur Kerjasama Teknik menambahkan bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan people to people contact dengan memberikan kesempatan bagi para petani Indonesia maupun petani Asia dan Afrika untuk saling mempelajari kehidupan sosial dan budaya sehingga dapat membuka jejaring mereka di kalangan pertanian untuk terbinanya hubungan langsung yang lebih erat.



Kegiatan Apprenticeship Program for Asian and African Farmers in Indonesia ini dilaksanakan sebagai realisasi surat Presiden Senegal kepada Presiden RI, tertanggal 9 Juni 2008 mengenai permintaan Senegal kepada Pemerintah RI agar memberikan bantuan keuangan dalam rangka menanggulangi dampak kenaikan harga BBM dan harga pangan internasional di negara tersebut. Pemerintah RI tidak dapat memenuhi permintaan bantuan finansial tersebut karena kondisi perekonomian dalam negeri yang masih membutuhkan perhatian. Sebagai pengganti, Pemerintah RI menawarkan bantuan capacity building berupa pelatihan atau pengiriman tenaga ahli untuk membantu meningkatkan kapasitas SDM Senegal, khususnya di bidang pertanian. Selain itu, pemagangan bagi petani Madagaskar, Kamboja dan Myanmar merupakan realiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk membantu sesama negara berkembang dalam kerangka kerjasama selatan-selatan dalam upaya peningkatan produksi pangan terutama padi, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pertanian RI pada KTT Pangan di Roma bulan Juni 2008.



Program Magang yang akan berlangsung selama dua bulan ini mengunakan metode pelatihan learning by doing. Metode ini terbukti lebih efektif dan menarik karena dapat memberikan alih pengalaman dan teknologi sederhana yang dimiliki oleh petani Indonesia. Para peserta pemagangan petani tersebut akan tinggal di Indonesia bersama dengan seorang petani Indonesia yang sukses untuk lebih jauh lagi mempelajari teknik dan pengetahuan pengembangan pertanian.



Diharapkan di masa yang akan datang program serupa dapat terus dilaksanakan dengan negara-negara sahabat di lain kawasan.



(Sumber: Biro KLN Deptan, Dit. Kerjasama Teknik, Deplu)

Pertemuan Consultative Committee on Agriculture (CCA) ke-3 Indonesia - Brazil


Mataram - Telah berlangsung Pertemuan CCA Indonesia – Brazil tanggal 4-5 Mei 2009 di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang merupakan pertemuan untuk membicarakan kerjasama bidang pertanian. Delegasi Indonesia untuk Pertemuan CCA ke-3 ini dipimpin oleh Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama Internasional, Yusni Emilia Harahap dan Delegasi Brazil dipimpin oleh Senior Advisor, Secretariat For International Relations in Agribusiness Ministry of Agriculture, Livestock and Food Brazil, Mr. Lino Colsera, Delegasi Indonesia pada pertemuan ini juga diperkuat oleh Duta Besar RI untuk Brazilia Bapak Bali Moniaga.

Agenda yang dibahas dalam Pertemuan CCA ke-3 ini antara lain adalah kerjasama bidang kedelai, peternakan, pertukaran germ plasm kelapa sawit, buah tropis dan kemungkinan membentuk Laboratorium External untuk wilayah Asia. Untuk bidang kedelai Brazil merupakan negara penghasil kedelai non GMO nomor satu di dunia dan mempunyai varietas kedelai yang tahan masam serta varietas unggul lainnya sehingga Indonesia tertarik untuk bekerjasama dibidang kedelai antara lain untuk introduksi kedelai pada aspek plasma nutfah dan galur harapan (promising lines) disamping peningkatan kapasitas peneliti. Dibidang peternakan Brazil juga cukup bagus untuk kualitas pakan ternak dan sistem recording ternak sehingga Indonesia tertarik untuk bekerjasama dibidang ini.

Dipihak lain Brazil menginginkan untuk bekerjasama dibidang jatropa dan teknologi kelapa sawit disamping keinginannya juga untuk dapat mengekspor daging dan buah tropis ke Indonesia.
Pertemuan CCA ke-3 menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut :

  1. Kerjasama difokuskan pada komoditas kedelai, kelapa sawit, peternakan, buah, dan bioenergi.
  2. Disepakati bahwa sambil menyelesaikan MOU antara EMBRAPA dan Departemen Pertanian untuk area kerjasama tersebut, dokumen usulan proyek atau Technical Cooperation Projects (TCPs) dapat segera dipersiapkan oleh masing-masing instansi terkait.
  3. Brazil menginginkan penjelasan mengenai regulasi perkarantinaan berkaitan dengan keinginan Brazil untuk mengekspor produk pertanian ke Indonesia.

Melengkapi acara pertemuan CCA ke-3 dan dalam rangka mempromosikan potensi khususnya pertanian Propinsi NTB pada hari kedua berlangsung tinjauan lapangan diantaranya ke daerah pengembangan kedelai, jatropa, manggis, peternakan sapi Bali danpusat kerajinan di Lombok Tengah dan Barat.

Gubernur Propinsi NTB berkenan menjamu makan malam seluruh delegasi CCA ke-3 yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Propinsi NTB.

Melalui CCA Indonesia – Brazil diperoleh perkembangan dan langkah tindak lanjut kerjasama bilateral kedua negara dibidang pertanian disamping itu terjalin dan terbuka pula jejaringan yang lebih luas khususnya dengan Propinsi NTB baik sektor pertanian, perdagangan maupun pariwisata.

Pertemuan Tingkat Pejabat Senior Kerjasama Pertanian Indonesia - Malaysia



Mataram - Pertemuan SOM ke-1 Bilateral Cooperation on Agriculture Indonesia - Malaysia telah berlangsung pada tanggal 7 – 8 Mei 2009 di Mataram, NTB. Propinsi NTB dipilih mengingat potensi wilahnya terutama komoditi komoditi padi dan ternak sapi yang merupakan area prioritas kerjasama dengan Malaysia serta untuk mempromosikan wisata dan budaya Propinsi NTB ke mancanegara. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan MOU bidang pertanian antara RI dan Malaysia oleh kedua Menteri Pertanian tanggal 26 Februari 2009.

Delegasi Indonesia untuk Pertemuan SOM ke-1 ini dipimpin oleh Bapak Syukur Iwantoro, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pertanian dan Delegasi Malaysia dipimpin oleh Dato’ Mohd Mokhtar B. Ismail, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dan Industeri Asas Tani Malaysia.


Agenda yang dibahas pada SOM ke-1 ini antara lain pembentukan Technical Working Group on Food Crops and Horticulture and Technical Working Group and Livestock. Pertemuan juga membahas beberapa proposal dari kedua negara yang akan didiskusikan lebih lanjut pada pertemuan Technical Working Groups.

Pertemuan tersebut akan dilaksanakan sebelum pelaksanaan Senior Officials Meeting (SOM) ke-2 dan Joint Committe Meeting (JCM) ke-1 pada bulan Agustus 2009 di Indonesia.


Disamping itu membahas pula perkembangan perkarantinaan serta keinginan Malaysia untuk memenuhi 30% kebutuhan berasnya dengan mengimpor dari Indonesia. Pihak Indonesia menyatakan bahwa ekspor beras baru dapat ditentukan setelah bulan Juli 2009.

Pada hari kedua dilaksanakan pula Prime Mover Meeting on Animal Feed ke-1 dimana pada D-8 Ministers’ Meeting on Food Security, Indonesia dan Malaysia ditunjuk sebagai penggerak utamanya. Dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke objek pertanian dan pariwisata yaitu meninjau tanaman padi, hortikultura, peternakan sapi bali dan sentra mutiara di Lombok Tengah dan Barat. Kedua pihak menyampaikan penghargaan atas suksesnya pelaksanaan pertemuan.

Hasil Pertemuan Menteri Pertanian RI dengan Menteri Muda Pertanian AS

Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, dalam kunjungan kerjanya di AS, pada tanggal 26 Mei 2009 Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS dengan didampingi Duta Besar R.I di AS telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Muda Pertanian Amerika Serikat, Dr. Kathleen Merrigan di Washington DC.


Dalam pertemuan tersebut Menteri Pertanian RI menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap kecenderungan adanya penolakan terhadap Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal ini dikaitkan dengan isu lingkungan hidup yang kurang didukung dengan data dan infomasi yang berimbang dan benar. Untuk itu Menteri Pertanian RI mengharapkan agar pemerintah Amerika Serikat dapat lebih memahami bahwa kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang memberikan banyak manfaat (multiplier efek), disamping itu pemerintah Indonesia juga sangat peduli terhadap prinsip-prinsip pembangunan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.

Selain itu juga dibahas mengenai upaya peningkatan kerjasama penelitian, terutama terkait dengan masalah perubahan iklim, misalnya kemampuan penelitian dalam memprediksi dan mendata terjadinya perubahan iklim. Kedua Menteri sependapat tentang pentingnya kerjasama di bidang perubahan iklim tersebut.


Pihak Pemerintah Amerika Serikat juga menaruh perhatian terhadap kekhawatiran Indonesia berkaitan dengan rencana pelarangan aroma (cengkeh) pada rokok kretek. Hal ini akan dicoba untuk disampaikan kepada pihak yang menangani masalah tersebut di Amerika Serikat (Sumber: Biro KLN Deptan).

Kunjungan Kerja Menteri Pertanian di Amerika Serikat



Mengawali kunjungan kerjanya di Amerika Serikat, Senin tanggal 25 Mei 2009,pukul 19.00-21.00 waktu setempat, Menteri Pertanian RI Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.S. telah mengadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Amerika Serikat, khususnya yang bermukim di Washington. DC. Pada pertemuan tersebut Menteri Pertanian memberikan kata sambutan dan berdialog langsung dengan masyarakat Indonesia.

Pada hari berikutnya, Selasa 26 Mei 2009, Menteri Pertanian R.I. telah membuka dan sekaligus sebagai Keynote Speech pada “Seminar Pembangunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia” yang dilaksanakan di Westin Hotel, Washington DC. Seminar ini bertujuan untuk mempromosikan Pembangunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia, yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah AS, importir CPO, industri biodiesel dan kalangan NGO di Amerika Serikat. Sebagaimana kita ketahui bersama Amerika Serikat merupakan salah satu pasar potensial bagi CPO Indonesia, dimana pada tahun 2008, total eksport CPO dan produk turunannya ke Amerika Serikat mencapai 300.000 ton.


Menteri Pertanian juga melakukan kunjungan ke International Research Program, yang dilanjutkan pertemuan dengan Deputy Secretary of Agriculture, Dr. Kathleen Merrigan, dan pertemuan dengan US Chamber of Commerce (semacam KADIN-nya AS). Pada kesempatan berikutnya Menteri Pertanian juga melakukan wawancara dengan VOA. Menutup rangkaian kegiatan dalam kunjungan kerjanya di Amerika Serikat, Mentan berkenan menerima perwakilan dan anggota World Cacao Foundation [Sumber: Biro KLN Deptan].

Template by : kendhin x-template.blogspot.com