14 April 2009

Ketersediaan Benih Kakao Untuk Mendukung Gernas Kakao Tahun 2009-2011



se-jember04.jpgJEMBER-Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember, Teguh Wahyudi mengatakan bahwa tahun 2009 ini, lembaga penelitian yang dipimpinnya siap menyediaakan dan mendistribusikan 20 juta bibit kakao untuk mendukung Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas). Bibit tersebut akan didistribusikan ke-9 provinsi dan 40 kapupaten yaitu lokasi daerah Gernas. Kegiatan Gernas tahun 2009 meliputi peremajaan seluas 20.000 ha, rehabilitasi 60.000 ha dan intensifikasi 65.000 ha. Benih yang disediakan adalah benih unggul, yang dihasilkan melalui pengembangan teknologi somatic em­bryogerresis (SE).

se-jember01.jpgLembaga ini sejak tahun 2007 memang telah melakukan perbanyakan bibit kakao SE secara klonal di atas lahan seluas 150 hektar. Disamping penyiapan bibit, lembaga ini juga akan melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani peserta program Gernas. Puslitkoka ini telah mentargetkan produksi perbanyakan kakao unggul dengan teknologi somatic embryogenesis (SE) yaitu tahun 2008 sebanyak 1,1 juta bibit, tahun 2009, 20 juta bibit, tahun 2010, 25 juta bibit dan tahun 2011, 25 juta bibit.

Persiapan benih kakao SE yang dilakukan oleh Puslitkoka Jember, ditinjau langsung oleh Dirjen Perkebunan Acmad Mangga Barani, Rabu, (14/1-09). Sebab, kesise-jember02.jpgapan benih merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan gerakan ini. Dalam kunjungannya ke Puslit ini, Dirjen. Perkebunan juga mensosialisasikan dan berdiskusi tentang Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional. Diskusi ini dihadiri oleh anggota komisi IV DPR-RI, Anggota DPRD Jawa Timur, wakil dari kantor Wapres, Asosiasi-asosiasi kakao dan Dewan Kakao Indonesia, akademisi pertanian Indonesia dan semua pemangku kepentingan perkakakoan nasional.

se-jember03.jpgDirjen Perkebunan menjelaskan bahwa Gernas yang akan dilaksanakan selama 3 tahun (2009-2011) bertujuan untuk meningkatkan citra kakao Indonesia di pasaran dunia. Memang, mutu kakao Indonesia selama ini dikenal rendah di pasaran dunia, terutama di pasaran Amerika Serikat, sehingga ekspor kakao Indonesia ke Amerika selalu dikenakan penahanan (automatic detention). Hal ini telah menyebabkan kerugian yang cukup besar. Potensi kerugian harga biji kakao Indonesia ke Amerika akibat mutu rendah sebesar US$ 301,5/ton. Jika kerugian ini dapat diatasi dengan meningkatkan mutu kakao Indonesia melalui Gernas, maka disamping dapat meningkatkan devisa negara juga dapat meningkatkan pendapatan petani dan produsen kakao Indonesia. Oleh sebab, Dirjen mengharapkan kepada semua instansi terkait dan stakeholder perkakaoan Indonesia untuk mendukung gerakan ini.

Tabel. Potensi Kerugian Harga Biji Kakao Indonesia ke Amerika Serikat Akibat Mutu Rendah

No.

Uraian

Jumlah (US$/ton)

1.

Kerugian Langsung

- Diskon harga

- Sewa gudang dan bungan modal karena punundaan biji

- Biaya fumigasi

- Biaya pembersihan/cleaning

87,5

70,0

5,0

6,0

6,5

2.

Kehilangan peluang premium

200,0

3.

Biaya handling lainnya

14,0

Total kehilangan

301,5

Sumber : Ditjen Perkebunan, Gernas Kakao 2008

Lebih lanjut dijelaskan oleh Dirjen, bahwa Gerakan ini akan diikuti dengan pembangunan em­pat laboratorium penelitian seba­gai bagian dari Pusat Penelitian Kopi da Kakao Indonesia. Empat lab yang akan dibangun tahun ini juga tersebar di em­pat provinsi" yakni Sulsel, Sulbar, Sultra dan Sulteng," Untuk membangun sarana laboratorium tersebut, pemerintah telah me­nyiapkan dana APBN 2009 sekitar Rp 21 mi­liar untuk mewujudkan laboratorium tersebut, dengan harapan nantinya penyediaan bibit kakao unggul dengan teknologi SE tidak harus didatangkan dari Jember lagi. Untuk saat ini di Jember baru satu-satunya yang memiliki hak paten tentang produksi benih bersangkutan.

Kakao sampai saat ini umumnya masih diperbanyak dengan benih. Hal ini yang menyebabkan terjadinya keragaman tanaman sangat heterogen, rata-rata produktivitas kakao Indonesia sebesar 625 kg/ha/thn, masih jauh di bawah rata-rata potensi yang diharapkan sebesar 2000 kg/ha/thn. Hal ini disebabkan sekitar 30% merupakan tanaman tua dan belum menggunakan bahan tanam unggul. Oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas kakao nasional salah satu program Gernas kakao adalah melakukan peremajaan tanaman kakao tua maupun tanaman yang tidak produktif dengan menggunakan bahan tanam unggul. Untuk mendukung rehabilitasi kakao tersebut dibutuhkan ketersedian bahan tanam dalam jumlah dan waktu yang tepat,selain itu keterbatasan kebun entres klon-klon unggul baru masih sangat terbatas. Untuk itu sangat diperlukan dukungan teknologi baru untuk mempercepat perbanyakan bahan tanam unggul tersebut melalui penggunakan teknik somatic embryogenesis (SE) diharapkan dapat mendukung penyediaan bibit klonal skala missal. Puslitkoka untuk saat ini menjadi barometer/kiblatnya pengembangan kakao di Indonesia, diharapkan untuk peran serta Puslitkoka dalam menyediakan benih kakao dapat maksimal dalam menunjang keberhasilan Gernas Kakao, harap Dirjen.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com