Menurut berita yang dirilis oleh kantor pusat FAO, harga beras dunia dalam tiga bulan terakhir telah mengalami penurunan sejak bulan Juni 2008. Dibandingkan dengan harga beras bulan Mei 2008, berdasarkan indeks harga FAO turun dari 322 menjadi 281 di bulan Agustus 2008 atau terjadi penurunan sekitar 12,7%. Penurunan terjadi untuk beras jenis Indica dan Aromatic, sementara untuk jenis Japonica harganya mengalami sedikit kenaikan.
Sebagaimana dimaklumi bahwa harga beras di pasar dunia mencapai harga rekor tertinggi pada bulan Mei 2008, tetapi pada bulan Agustus ini harga beras mengalami penurunan harga, dimana penurunan tertinggi dialami oleh beras Vietnam dengan variasi penurunan antara 36,7% (Vietnam 25%) dan tertinggi 39,8% untuk jenis Vietnam 5%. Beras asal
Analis dari FAO menyebutkan bahwa trend penuruna harga beras dunia disebabkan meningkatnya supplai beras ke pasar dunia dari beberapa produsen utama dunia, seperti
Dampak bagi situasi beras di dalam negeri
Dengan mengacu rilis FAO tentang situasi terakhir harga beras dunia, nampaknya harga beras masih akan mengalami penurunan meskipun harga yang ada saat ini masih tetap dari harga beras pada tahun 2007 (kisaran harga 275 – 677 US$.ton). Pengamatan perlu terus dilakukan khususnya melihat tekanan penurunan harga beras Thailand dan Vietnam yang mencapai kisaran 20% dibandingkan bulan Mei 2008. Pengamatan ini penting terkait dengan kestabilan harga beras di kawasan ASEAN yang tentunya akan berdampak langsung kepada harga beras dalam negeri.
Pada saat ini harga beras di luar negeri lebih tinggi dari harga dalam negeri, hal ini akan mendorong terjadinya penyelundupan beras ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philippina seperti yang disinyalir oleh sebuah harian ibukota melalui beberapa “pelabuhan tikus” di wilayah perbatasan, kondisi ini tentunya apabila benar adanya akan mengancam ketahanan pangan nasional. Sebaliknya apabila harga beras di dalam negeri lebih tinggi daripada harga di pasar dunia, maka akan mendorong penyelundupan beras ke dalam negeri, yang tentunya akan mengancam kehidupan para petani sebagai produsen beras. Hal ini tentu harus kita hindari mengingat beras bagi Indonesia bisa dijadikan sebagai komoditi politik.
0 komentar:
Posting Komentar