Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat, maka sudah sepatutnya dikembangkan. Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan dasar industri.
Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan. Rhizoma atau umbinya bila sudah dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya. Saat panen umbi, sangat tergantung dari daerah tempat menanamnya. Di dataran rendah sudah bisa dipanen pada umur 6 - 8 bulan, sedang di daerah yang hujannya sepanjang tahun, waktu panennya lebih lama, yaitu pada umur 15 - 18 bulan. Dewasanya umbi biasanya ditandai dengan menguningnya batang dan daun tanaman.
PENGENALAN TANAMAN GANYONG
Ganyong adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi tahunan (2 musim) atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke tahun berikutnya mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering lalu tanamannya hilang sama sekali dari permukaan tanah. Pada musim hujan tunas akan keluar dari mata-mata umbi atau rhizomanya. Ganyong sering dimasukkan pada tanaman umbi-umbian, karena orang bertanam ganyong biasanya untuk diambil umbinya yang kaya akan karbohidrat, yang disebut umbi disini sebenarnya adalah rhizoma yang merupakan batang yang tinggal didalam tanah. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, tapi sekarang tanaman ini telah tersebar dari Sabang sampai Merauke. Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan penduduk walaupun secara sampingan. Ganyong mereka tanam sebagai tanaman sela bersama jagung sesudah panen padi gogo. Umbi yang dipanennya dibuat tepung, ternyata hasil penjualan tepung ini dapat menambah penghasilan penduduk yang sangat berarti.
Taksonomi
Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
Tanaman ini tetap hijau sepanjang hidupnya. Warna batang, daun dan pelepahnya tergantung pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Tingginya 0,9- 1,8 meter. Sedang apabila diukur lurus, panjang batangnya bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau sering disebut dengan umbi.
Morfologi
Bentuk tanaman ganyong adalah berumpun dan merupakan tanaman herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Tanaman ini tetap hijau disepanjang hidupnya, di akhir hidupnya, dimana umbi telah cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering. Keadaan seperti ini seakan-akan menunjukkan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila hujan tiba maka rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi.
Tinggi tanaman ganyong antara 0.9 - 1,8 meter. Bahkan di Queensland dapat mencapai 2,7 meter. Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong umumnya 1,35 – 1,8 meter. Apabila diukur lurus, maka panjang batang bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini di ukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut dengan umbi.
Apabila diperhatikan ternyata warna batang, daun, pelepah daun dan sisik umbinya sangat beragam. Adanya perbedaan warna ini menunjukkan varietasnya.
1) Daun
Tanaman ganyong daunnya lebar dengan bentuk elip memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya agak runcing. Panjang daun 15 - 60 sentimeter, sedangkan lebarnya 7 - 20 sentimeter. Di bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun beragam dari hijau muda sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau keseluruhannya ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan hijau.
2) Bunga
Ukuran bunga ganyong yang biasa diambil umbinya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan ganyong hias atau yang sering disebut dengan bunga kana yaitu Canna coccinae, Canna hybrida, Canna indica dan lain-lainnya.
Warna bunga ganyong ini adalah merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak sempurna. Jumlah kelopak bunga ada 3 buah dan masing-masing panjangnya 5 sentimeter.
3) Buah
Tanaman ganyong juga berbuah, namun tidak sempurna dan berentuk. Buah ini terdiri dari 3 ruangan yang berisi biji berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang.
4) Umbi
Tanaman ganyong berumbi besar dengan diameter antara 5 - 8,75 cm dan panjangnya 10 - 15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm, bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal. Bentuk umbi beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman.
c. Varietas Ganyong
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut :
Ganyong Merah
Batang lebih besar
Agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan
Sulit menghasilkan biji
Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah
Umbi lazim dimakan segar (direbus)
Ganyong Putih
Lebih kecil dan pendek
Kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan
Selalu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman
Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi
Hanya lazim diambil patinya.
Daerah yang telah membudidayakan ganyong secara insentif adalah daerah pegunungan Andes (Amerika Selatan). Didaerah ini dikenal dua varietas ganyong yaitu verdes dan morados. Verdes mempunyai umbi berwarna putih dengan daun hijau terang, sedangkan umbi morados tertutup sisik yang berwarna ungu.
Tanaman ini dibudidayakan secara teratur di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur Pembudidayaan tidak teratur meliputi daerah D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan masih merupakan tumbuhan liar dipekarangan dan dipinggir-pinggir hutan. Pada umumnya para petani yang telah membudidayakan tanaman ganyong tersebut melakukan penyiangan, pembumbunan tetapi belum melaksanakan pemberantasan hama/penyakit. Usaha pemupukan hanya di Jawa Barat, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Tengah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang dicampur dengan sampah. Rincian tingkat pemeliharaan tanaman ganyong dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7
Tabel 6. Tingkat Pemeliharaan Tanaman Ganyong (%)
Propinsi | Budidaya | Budidaya | Tumbuhan |
| Teratur | tidak teratur | liar |
1. Jawa Barat | 10 | 90 | - |
2. Jawa Tengah | 100 | 0 | - |
3. Jawa Timur | 83 | 17 | - |
4. D.I. Yogya | 0 | 100 | 0 |
5. Sumatera Barat | 0 | 0 | 100 di pekarangan, |
|
|
| pinggir hutan |
6. Jambi | 0 | 100 | 100 di pekarangan |
|
|
| dipnggir hutan |
7. Riau | 0 | 0 | 100 dipekarangan |
|
|
| pinggir2 sungai |
8. Lampung | 10 | 90 | 0 |
9. Kalsel | 0 | 0 | Banyak terdapat di |
|
|
| pinggiran jl. Raya |
|
|
| 100 liar di lading |
|
|
| belum dikenal |
10. Sultra | 2,5 | 0 | - |
11. Sulsel | 0 | 0 | 100 pinggir kebun |
|
|
| dekat rumah |
12. Sulteng | 0 | 20 | 80 di hutan & ladang |
13. Maluku | 100 | 0 | - |
Tabel 7. Beberapa Perlakuan Budidaya dan Tingkat Pemeliharaan Tanaman Ganyong
| Jarak tanam | Rata-rata | Tingkat pemeliharaan (%) | |||
Propinsi |
| Hasil | Menyiang | Membum | Memupuk | Membrantas |
|
| Kg/rumpun |
| Bun |
| OPT |
1. Jawa Barat | Tak teratur | 2 kg/rp | 20 | 40 | 20 | 0 |
2. Jawa Tengah | 0,5 x 0,5 m | 0,25 kg/rp | 100 | 100 | 0 | 0 |
3. Jawa Timur |
|
|
|
|
|
|
50 x50 cm | Teratur 83% | 3,4 kg/rp | 100 | 06,6 | 100 | 0 |
60x60 cm | Tak teratur 17% |
|
|
|
|
|
4. DI Yogya | Tak teratur | 3,1 kg/rpm | 100 | 100 | 60 (pupuk | 0 |
|
|
|
|
| kandang |
|
|
|
|
|
| + sampah) |
|
5. Sumbar | - | - | - | - | - | - |
6. Jambi | Tak teratur | 1 kg/ph | 84,4 | 84,4 | 0 | 0 |
7. Riau | Tak teratur | 0,45kg/rpm | 0 | 0 | 0 | 0 |
8. Lampung | Tak teratur | 4-5 kg/rpm | 0 | 0 | 0 | 0 |
9. Kalsel | - | - | - | - | - | 0 |
10. Sultra | 30 x 30 cm | 0,5 kg/bt | 2,5 | 2,5 | - | 0 (tanaman ini |
| 50 x 50 cm |
|
|
|
| belum banyak |
|
|
|
|
|
| dikenal) |
11. Sulteng | Tak teratur | 1 kg/ph | 2,5 | 2,5 | 2,5 | 0 |
|
| (rumpun) |
|
| (abu/pupuk |
|
|
|
|
|
| Kandang) |
|
12. Sulsel | Tak teratur | 50 | 0 | 0 | 0 | 0 |
13. Maluku | - | - | - | - | - | - |
III. BUDIDAYA TANAMAN GANYONG
Ganyong bukanlah tanaman yang manja, karena tanaman ini tahan terhadap naungan, dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. Tanaman ini tidak membutuhkan syarat yang berat untuk pertumbuhannya. Hanya saja bila menginginkan hasil panen tinggi, harus diperhatikan sifat dan lingkungan hidupnya.
A. Tempat Tumbuh
Seperti telah disebutkan di atas, tanaman ganyong tidak memerlukan syarat-syarat iklim tertentu yang sulit untuk dipenuhi. Hanya saja tanaman ini tidak tahan di daerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba atau terna hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap serangan angin. Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sangat memerlukan lajur-lajur pelindung untuk mempertahankan hidupnya. Meskipun ganyong toleran terhadap suhu udara tapi umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 250 meter dpl. Tetapi hal ini tidak mutlak, karena di Hawai tanaman ini justru berproduksi maksimal pada daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 450 meter dpl sementara di Peru, di daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter dpl, ganyong masih mampu tumbuh subur.
Suhu
Pertumbuhan ganyong di daerah tropis sangat baik sekali. Di daerah yang sangat dingin tanaman ini juga dapat hidup, tetapi proses pembentukan umbi untuk menuju dewasa cukup lama. Di daerah yang suhu udaranya pada siang hari sangat tinggi dan pada malam harinya sangat rendah, tanaman inipun mampu hidup dan berkembang biak dengan baik. Misalnya di daerah Aparimacgorge/Peru yang pada siang hari bersuhu 320C dan pada malam hari cuma 70C. Kenyataannya tanaman ganyong tersebar luas di daerah tersebut.
Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu syarat untuk menunjang kehidupan suatu tanaman. Tanaman ganyong memerlukan curah hujan yang sedang-sedang saja, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah, sehingga tanaman ini dapat hidup dengan baik di musim kemarau atau didaerah kering. Misalnya di Hawai yang curah hujan tahunannya hanya 112 cm, tanaman mampu tumbuh dengan baik dan hasilnya sangat memuaskan.
Jumlah embun juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Embun yang terlalu banyak sering mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan daun dan merusak perkembangan umbinya.
Tanah
Setiap tanaman memang menghendaki jenis-jenis tanah tertentu. Tidak demikian halnya dengan tanaman ganyong, yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hanya di jenis tanah liat berat sajalah tanaman akan tumbuh kurang baik, karena sistem drainase pada tanah jenis ini biasanya jelek. Bila terpaksa harus ditanam pada jenis tanah ini, maka drainasenya harus dibuat memadai. Drainase yang memadai dapat di tempuh dengan cara membuat saluran-saluran air atau ditanam dengan sistem guludan.
Apabila ingin mendapatkan hasil yang optimal, maka sebaiknya ganyong ditanam pada tanah-tanah lempung berpasir yang kaya humus.
B. Pemilihan Bibit
Tanaman ganyong dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi berukuran sedang dengan tunas 1 - 2. Kebutuhan bibit per hektarnya + 2 ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.
Pengolahan Tanah
Alat-alat yang diperlukan
Alat-alat yang digunakan dalam mengolah tanah untuk bertanaman ganyong sangat sedikit sekali, ini karena ganyong tidak ditanaman di lumpur seperti halnya padi. Jadi alat-alat yang digunakan cukup ganco atau garpu dan cangkul. Bila dilahan yang akan ditanami masih terdapat semak-semak, maka sabit juga diperlukan untuk membersihkan semak tersebut.
Teknik Pengolahan Tanah
Pada musim kemarau tanah sebaiknya diganco dulu. Pada saat ini tanah terbalik dan rumput-rumput terbenam di dalam tanah. Selanjutnya rumput ini akan membusuk dan menjadi bunga tanah. Setelah hujan tiba, tanah segera dicangkul dan diratakan. Pengerjaan pengolahan tanah tersebut mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga air dan udara leluasa bergerak di dalamnya. Selain itu penggemburan tanah bisa membuat umbi ganyong leluasa berkembang, sehingga akan diperoleh umbi yang berukuran lebih besar.
Pada tanah liat berat sebaiknya dibuat guludan agar drainasenya bisa sempurna. Sedang pada jenis tanah yang lain, tanah cukup dibuat bedengan-bedengan. Umumnya bedengan ini lebarnya 120 cm dan panjangnya tidak dibatasi. Tinggi bedengan 25-30 cm dan jarak antara satu bedengan dengan bedengan lainnya 30-50 cm.
Berhubung ganyong senang sekali tumbuh pada tanah yang kaya humus, maka pada saat meratakan tanah dapat diberikan pupuk dasar. Pupuk dasar ini berupa kandang atau kompos sebanyak 25 sampai 30 ton tiap hektar.
D. Waktu Penanaman
Penanaman ganyong biasanya dilakukan saat awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober sampai Desember.
E. Jarak Tanam dan Penanaman
Membuat lubang tanam merupakan langkah petama pada tahap ini. Dalamnya lubang tanaman 12,5 - 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris.
Jarak tanaman yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung pada jenis dan keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Karena adanya perbedaan tersebut, jenis tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan umbi. Selain berdasarkan jenis tanah, jarak tanam juga diperhitungkan dengan berlandasan populasi optimum tanaman per hektarnya.
Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya.
Jika yang tersedia adalah lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu 135 cm x 180 cm, sedang untuk tanah liat berat di gunakan jarak tanam 120 cm x 120 cm. Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah dikerjakan menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil lahan akan bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam yang digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras.
Lain lagi halnya di Peru, di daerah ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 – 100 cm antara tanaman dan 100 - 150 cm antara barisan.
F. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman ganyong yang sangat penting adalah penyiangan, pembumbunan dan pemupukan.
Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma perlu sekali diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada masa ini bibit yang mulai bertunas banyak sekali memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak akar. Apabila banyak gulma yang tumbuh, tentu saja sejumlah unsur-unsur hara tersebut digunakan oleh gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda ini merana.
Pembumbunann adalah suatu usaha untuk menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat umbi yang terbentuk dapat berkembang dengan leluasa. Pembumbunan dapat dimulai pada saat ganyong berumur 2 - 2,5 bulan.
Karena ganyong menyenangi tanah yang gembur, maka pupuk yang sangat diperlukan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk ini bila perlu dapat diberikan bersamaan dengan pembumbunan.
G. Hama dan Penyakit
Ganyong adalah tanaman yang relatif bebas dari serangan hama dan penyakit. Walaupun demikian di daerah-daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif, sering ditemui hama dan penyakit sebagai berikut :
a. Belalang dan Kumbang
Akibat kerusakan dari kedua hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan akibat sekunder. Belalang dan kumbang biasanya menyerang tanaman dengan memakan daun-daun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya pembentukan umbipun terhambat.
Untuk mengatasinya dapat dilakukan pemberantasan secara kimiawi, dengan insektisida Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha.
Agrotis spp. (Ulat Tanah)
Ulat Agrotis ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun, akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara pemberantasannya dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerumputan di sekitar tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah tersebut di siang hari, karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal batang. Cara pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban 20%E.C., Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C
Yang menyerang hasil panenan
Hasil panenan ganyong juga diserang oleh hama dan penyakit. Hama tersebut adalah Calopodes ethlius dan Cobalus cannae. Penyakitnya Fusarium spp, Puccinia cannae dan Rhizoctonia spp. Dengan adanya serangan penyakit tersebut, akibatnya umbi bercendawaan dan busuk. Untuk menghindarinya, umbi janganlah diletakkan pada tempat yang lembab.
Pemanenan
Ada bermacam-macam pendapat tentang masa panen umbi ganyong, ini karena tidak ada batas masa pendewasaan umbi. Tetapi umumnya pendewasaan umbi dipengaruhi oleh ketinggian daerah tempat hidupnya. Pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam, umbi biasanya sudah cukup dewasa dan bisa panentetapi, biasanya belum dapat diambil patinya, tetapi untuk bahan makanan sampingan misalnya direbus atau dibakar.
Pada dataran tinggi yang umumnya tertimpa hujan hampir sepanjang tahun, masa pendewasaan umbi lebih lama daripada di dataran rendah. Ini karena pembentukan pati terhambat. Dengan demikian umbi baru bisa dipanen setelah umur satu tahun atau umumnya 15 - 18 bulan.
Di dataran rendah, kandungan pati mencapai puncaknya pada umur satu tahun, lebih dari satu tahun justru kandungan patinya berkurang, ini di sebabkan setelah satu tahun musim hujan telah tiba, sehingga pati sebagai cadangan makanan tumbuhan tersebut terurai dan muncullah tunas baru.
Sebagai patokan yang pasti, umbi dianggap dewasa apabila telah ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun tanaman.
Cara pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan cara mencongkelnya dengan tongkat besi, kayu atau sejenisnya.
Jumlah hasil panenan ganyong berubah-ubah atau sangat tergantung pada perawatan tanaman, jenis tanah dan sebagainya. Di Jawa, per arenya menghasilkan 30 kuintal, sedang di Hawaii per tahunnya tiap acre (4046,86 meter persegi) menghasilkan 18 - 20 ton umbi yang berumur 8 bulan.
IV. MANFAAT GANYONG
1. Peluang dan Kandungan Gizi Ganyong
Umbi ganyong kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi. Kandungan karbohidrat ganyong memang tinggi, setara dengan umbi-umbi yang lain, namun lebih rendah daripada singkong, tetapi karbohidrat umbi dan tepung ganyong lebih tinggi bila dibandingkan dengan kentang, begitu juga dengan kandungan mineral kalsium, phosphor dan besi. Dengan demikian ganyong sangat tepat bila digunakan untuk keragaman makanan sebagai pengganti beras. Untuk lebih jelasnya, kandungan gizi ganyong dan umbi-umbi yang lain serta tepungnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Kandungan Gizi Tepung Umbi-umbian
Nama bahan Makanan | Air (G) | Protein (G) | Lemak (G) | K. hidrat (g) | Kal (mg) | Fospor (Mg) | Besi (Mg) | A (IU) | Vit B | C |
UbijalarSingkong Kentang Tepung ganyong Tepung Singkong Tepung kentang | 75 63 78 14 9 13 | 1,0 1,2 2,0 0,7 1,1 0,3 | 0,1 0,3 0,1 0,2 0,5 0,1 | 22,6 34,7 19,1 85,2 88,2 85,6 | 21 33 11 8 84 21 | 70 40 56 22 125 30 | 20,0 0,7 0,7 1,5 1,0 0,5 | 0 0 0 0 0 0 | 0,1 0,06 0,11 0,09 0,4 0,04 | 10 30 17 0 0 0 |
Sumber : Data komposisi Bahan Makanan, Dep. Kes. RI.
2. Jenis-Jenis hasil Olahan Produksi Ganyong
Kegunaan tanaman ganyong bagi kehidupan memang banyak sekali, tidak hanya untuk melengkapi pangan manusia tapi juga untuk pakan hewan. Bahkan hasil sisa atau bunganya dari pembuatan tepungpun dapat dimanfaatkan manusia yaitu untuk bahan bakar dan kompos. Sebenarnya bila diperinci, kegunaan ganyong ada dua yaitu kegunaan utamanya untuk diambil umbinya. Umbi yang masih muda bisa dimakan dengan cara membakar atau merebusnya lebih dulu bahkan kadang-kadang disayur, sedang yang tua untuk diambil tepungnya. Kegunaan yang lain merupakan kegunaan sampingan, misalnya daun dan batang untuk makanan ternak.
1). Tepung Ganyong
Berlainan dengan tepung-tepung lainnya, tepung ganyong berwarna kekuningan. Pembuatan tepung di Indonesia umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Sedang di negara yang telah maju, misalnya Australia tepung ini telah diusahakan secara besar-besaran dengan demikian pembuatannya di pabrik-pabrik.
Tepung ganyong sangat mudah dicerna hingga sering di gunakan untuk makanan bayi dan orang-orang sakit. Keistimewaan lainnya granul dari tepung ganyong sangat besar dengan bentuk oval dan panjangnya bisa mencapai 145 mikron lain lagi halnya dengan di Afrika, maka tepung ini umumnya digunakan untuk makanan ternak
a. Secara tradisional (skala kecil)
Pembuatan ganyong dengan cara yang tradisional ini umumnya dilakukan oleh industri-industri rumah tangga yang tingkat produksinya masih relatif rendah. Tahapan pembuatan tepung ganyong dengan cara ini adalah sebagai berikut :
- Umbi ganyong dikupas lalu dicuci hingga bersih
- Umbi yang telah bersih dihancurkan dengan cara diparut dapat menggunakan parut biasa atau dengan parut mesin. Sedang bila ditumbuk, umbi perlu dipotong-potong kecil lebih dahulu, ini bertujuan agar penumbukan dapat dilakukan dengan mudah.
- Hasil parutan atau tumbukan ganyong dicampur dengan air dan diremas-remas sehingga menjadi masak serupa bubur. Peremasan ini bertujuan agar pati ganyong dapat terpisah.
- Bubur pati tersebut dimasukan dalam kain penyaringan lalu diperas sambil sekaligus disaring, sehingga ampas akan tertinggal dalam kain dan air yang bercampur pati akan lolos.
- Ampas yang tertinggal tersebut dicampur air lagi seperti di atas lalu disaring lagi. Begitu selanjutnya sampai hasil penyaringan kelihatan jernih. Ini suatu pertanda bahwa pati telah terperas tuntas.
- Cairan hasil perasan yang berupa suspensi ini dibiarkan dan diendapkan selama satu malam atau kurang lebih 12 jam di dalam bak.
- Bila air dalam bak endapan telah bening pertanda pati telah mengendap. Lalu bak di miringkan pelan-pelan sehingga airnya tertumpah.
- Tepung yang telah diperoleh dianginkan dulu sehingga airnya berkurang, lalu letakkan pada nyiru-nyiru dan dijemur pada panas matahari langsung.
- Selama dijemur, tepung dibolak balik dan diremas-remas agar cepat kering dan tidak bergumpal-gumpal.
- Bila sudah kering dan ternyata tepung masih bergumpal, maka tepung ini perlu ditumbuk lagi sehingga menghasilkan tepung halus.
b. Secara Modern (skala besar).
Tahapan dari pembuatan tepung ganyong di pabrik atau secara modern pada dasarnya sama dengan yang dilakukan oleh industri-industri rumah tangga. Proses pembuatannya dalah sebagai berikut :
- Umbi dicuci, serat akarnya dibuang dengan tangan, pekerjaan ini sulit dikerjakan dengan mesin karena ukuran dan bentuk umbi tidak sama
- Setelah bersih umbi diparut dengan mesin parut.
- Hasil parutan berupa cercaan ganyong dan dimasukkan dalam bak atau drum yang berputar kemudian serat-serat kasarnya juga kotoran-kotoran yang lain disaring oleh kasa sehingga susu pati ini berlalu bersama air dan endapan pada sebuah tangki.
- Setelah mengendap, endapan pati ini akan mengalir dari dasar tangki mengendap lalu di cuci dengan air bersih.
- Hasil dari pencucian tersebut adalah tepung yang telah bersih lalu dikeringkan. Setelah itu diayak dan gumpalan tepung dihaluskan lagi lalu diayak lagi. Sehingga diperoleh tepung ganyong yang halus. Tepung yang telah jadi dipak dalam wadah yang tahan lembab dan siap untuk diperdagangkan.
2) Gaplek Ganyong
Ganyong dapat dibuat gaplek seperti halnya singkong, dan bahan makanan sejenis ini sangat bermanfaat bagi warga pedesaan di saat paceklik. Cara pembuatan gaplek ini adalah sebagai berikut :
- Umbi ganyong dibersihkan dari tanah dan akar-akarnya.
- Tanpa dikupas lebih dahulu, umbi diiris-iris tipis. Arah irisan dapat melintang, karena seratnya lebih pendek
- Irisan ganyong dijemur pada nyiru, kepang atau tempat lain. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari langsung, lamanya menjemur tergantung pada cuaca dan tebal tipisnya irisan.
- Bila telah kering, gaplek diangkat dan disimpan di tempat yang kering agar tak terserang cendawan. Tanda gaplek yang kering adalah irisan ganyong yang dapat dipatahkan dengan mudah.
Dari gaplek ganyong tersebut dapat pula dibuat tepung, pembuatannya seperti membuat tepung gaplek yaitu dengan cara menumbuknya. Lalu ditampi sehingga terpisah antara bagaian yang halus dan kasar. Bagian yang kasar ditumbuk lagi. Begitu selanjutnya sampai semua gaplek ganyong menjadi halus. Bagian yang kasar di tumbuk lagi, dan begitu selanjutnya sampai semua gaplek ganyong menjadi halus. Berbeda dengan tepung ganyong yang langsung dibuat dari umbi, maka tepung ini kegunaanya lebih sempit. Di pedesaan biasanya tepung ini dibuat tiwul dan papais.
3) Untuk makanan Ternak
a. Ampas
Ampas adalah bahan kasar sisa pembuatan tepung ganyong. Ampas ini jangan dibuang karena dapat digunakan untuk makanan ternak. Caranya dengan mencampurkan ampas umbi ini dengan makanan lain. Ampas ini berfungsi sebagai pengganti dedak atau katul. Pemberiannya sebagai ransum dapat diberikan secara langsung atau dengan cara dikeringkan dahulu. Cara pengeringan ini dilakukan untuk menghindarkan cendawan apabila jumlah ampas sangat melimpah, hingga perlu disimpan lama.
b. Daun dan Batangnya
Jumlah daun yang berlebihan kurang baik bagi tanaman. Jadi perlu dipangkas. Hasil pemangkasan daun dapat digunakan untuk makanan ternak atau sebagai makanan perangsang babi. Di Hawaii, hal ini sudah biasa dilakukan mengingat komposisi kimia daun ganyong cukup baik yaitu (90,2 persen), protein 1,1 persen, karbohohidrat 7,1 persen, lemak 0,2 persen dan abu 1,4 persen.
c. Umbi Ganyong
Ternak yang biasa diberi makanan dari umbi ganyong antara lain babi. Cara pembuatannya adalah umbi dipukul-pukul dengan palu kayu sampai setengah hancur, lalu direbus bersama katul dan campuran yang lain. Setelah dingin makanan ini baru diberikan. Babi amat menyukai makanan ini bila dibandingkan dengan katul, apalagi bila umbi tersebut dipukul sampai halus.
Berdasarkan pengalaman di peternakan daerah Ambarawa (Jawa tengah), penggunaan umbi seperti tersebut di atas sebanyak 60 persen dari seluruh bobt makanan jadi, memberi kenaikan berat harian rata-rata sebaik makanan dari campuran katul.
d. Untuk Bahan Bakar
Ampas ganyong yaitu bahan sisa dari pembuatan tepung ganyong dibuat gumpalan sebesar dua kepal tangan, kemudian di jemur sampai kering. Gumpalan kering tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar. Baranya sangat panas, sehingga mampu mendidihkan secerek / teko air dalam waktu 5 menit.
e. Kue-Kue Tepung Ganyong
a) Ongol-ongol
Bahan :
250 gram tepung ganyong
750 cc air (kurang lebih 3 gelas)
250 gram gula jawa, disisir halus
50 gram gula pasir
1 lembar daun pandan
0,5 butir kelapa, diparut
garam halus
Cara membuat:
- Campurkan tepung ganyong bersama 250 cc air. Aduk-aduk sampai tepung larut, sisihkan
- Masak sisa air bersama gula jawa, gula pasir dan pandan. Sesudah gula larut angkat dan saring. Taruh kembali di atas api dan didihkan.
- Tuang adonan ke dalamnya sambil diaduk-aduk sampai kental dan matang, angkat, kemudian tuang ke dalam loyang.
- Sisihkan sampai dingin, setelah itu dipotong-potong sesuai selera. Gulingkan ke dalam kelapa parut yang sudah dicampur dengan garam. Hidangkan untuk 20 potong.
b) Tiwul
Bahan :
250 gram tepung gaplek ganyong
100 cc air
150 gram gula jawa, disisir halus
1 lembar daun pandan
0,5 sendok the garam
Cara membuatnya :
- Campur garam dan air suam-suam kuku. Aduk dengan tepung gaplek ganyong
- Taburkan gula yang telah disisr pada adonan di atas
- Kukus bersama daun pandan
- Dimakan dengan kelapa parut
c. Papais
Bahan :
250 gram tepung gaplek ganyong
100 cc santal kental
100 gram gula jawa
panili
garam
daun pisang
Cara Membuatnya :
- Campur tepung gaplek, santan, panili dan garam
- Taruh satu sendok pada daun pisang dan tengahnya diisi dengan irisan gula jawa. Bungkus seperti layaknya membumgkus papais
- Kukus sampai matang
f. Manfaat Lain
Manfaat lain dari tepung ganyong adalah untuk campuran nasi jagung dan untuk bahan campuran pembuatan bihun yang bahan utamanya biasanya dari tepung beras.
a. Untuk Campuran nasi jagung
Nasi jagung yang dicampur dengan umbi ganyong, rasanya lebih enak dan pulen serta tidak mengakibatkan akibat sampingan di perut. Penggunaan umbi ganyong sebagai campuran nasi jagung ini telah banyak. Dilakukan oleh penduduk pedesaan di daerah pegunungan Jawa Tengah. Terutama penduduk yang mengkonsumsikan jagung sebagai sumber karbohidrat utama.
Cara mencampurnya adalah sebagai berikut, umbi ganyong diparut lalu diperas untuk diambil patinya. Ampas dijemur satu dampai dua jam sampai tak terlalu basah, lalu pati dicampur kembali. Pada saat jagung selesai dikukus untuk pertama kalinya dan akan diaron, maka campuran pati dan ampas ganyong tersebut diaduk dengan aronan nasi jagung. Setelah tercampur rata, campuran tersebut dikukus lagi sampai masak.
b. Untuk campuran Bihun
Bihun berasal dari bahasa cina bihon yang berarti beras. Sesuai dengan namanya, maka bahan baku bihun adalah beras. Beras yang digunakan harus yang pera, beras seperti ini kandungan amilosanya tinggi dan kandungan amilopektinnya rendah, sehingga bila dibuat bihun akan menghasilkan gel yang kaku.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan ikut mengubah bahan baku dari bihun, sekarang bihun tidak harus dibuat dari beras tetapi dapat dibuat dari campuran tepung jagung dan tepung tapioka dengan perbandingan 6 : 4. Kedudukan tepung tapioka di sini dapat juga oleh tepung ganyong. Pencampuran dari dua bahan tersebut dilakukan sebelum penggilingan atau proses pembentukan benang-benang bihun.
c. BMC ( Bahan Makanan Campuran ) Bayi
Berhubung tepung ganyong terkenal dengan daya cernanya yang tinggi, maka sangat cocok sekali sebagai bahan makanan bayi. Bila akan digunakan sebagai makanan bayi, maka tepung ganyong yang merupakan sumber karbohidrat perlu diperkaya dengan bahan makanan lain, misalnya bahan makanan sumber protein. Adanya suplementasi ini akan diperoleh BMC yang bergizi tinggi sesuai dengan kebutuhan bayi. Sebagai sumber protein dapat ditambahkan tepung kedelai, tepung kedelai hijau, tepung terigu dan sebagainya.
Pembuatan BMC ini sama halnya membuat bubur susu, yaitu campuran bahan dicampur dengan air lalu dipanaskan sampai mengental dan masak. Sebagai pelengkap gizinya dapat ditambahkan susu bubuk bayi atau susu sapi dan penambah rasanya adalah gula dan garam.
0 komentar:
Posting Komentar