JAKARTA - Di tengah bayang-bayang krisis keuangan global, kinerja ekspor sektor pertanian masih memikat. Bahkan, ketika pada bulan Agustus, angka ekspor secara nasional turun (-0,43% atau -1,20 untuk ekspor non-migas), sektor pertanian masih tumbuh di atas 40%. Melalui Berita Resmi Statistik 6 Oktober 2008, Badan Pusat Statistisk (BPS) melaporkan bahwa ekspor hasil pertanian periode Januari-Agustus 2008 meningkat 44,01% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penyumbang utama kenaikan ekspor hasil pertanian, menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, berasal dari ekspor minyak sawit mentah bulan Agustus yang mencapai 1.036,6 juta dolar (lebih tinggi 455 juta dolar AS dibanding angka bulan Juli) atau meningkat 78,23% dibanding capaian bulan Juli 2008.
Secara kumulatif sampai Agustus 2008, ekspor nonmigas Indonesia mencapai 73.543,6 juta dolar atau naik sekiar 22,38% dibanding capaian periode Januari-Agustus 2007. "Alhamdulillah. Kita patut bersyukur kepada Allah SWT dan berterimakasih kepada para petani, para pelaku usaha tani serta para pihak terkait lainnya, termasuk pemerintah daerah," ungkap Menteri Pertanian Anton Apriyantono. Dia berharap semoga kinerja yang baik ini dapat terjaga dan bahkan bisa ditingkatkan lagi. Angka pertumbuhan ekspor 44,01% memang lebih rendah dari catatan sebelumnya yang mencapai 50,13% (Juli) dan 48,54% (Mei). Meski begitu, pertumbuhan ekspor pertanian tetaplah lebih baik dari kinerja sektor lainnya.
Sebagai contoh, sektor perindustrian pada periode yang sama tumbuh 22,57%, dan sektor pertambangan tumbuh 15,32%.Sampai Agustus 2008, nilai ekspor sektor pertanian meningkat dari 2.283,6 juta dolar menjadi 3.288,5 juta dolar. Catatan ini akan lebih baik lagi, jika semua ekspor komoditas berbasis pertanian diperhitungkan. Sebagai contoh bila ekspor komoditas lemak hewan dan minyak nabati serta karet dan barang dari karet dijumlahkan, nilai ekspor selama periode Januari-Agustus 2008 mencapai 16.211,1 juta dolar juta dolar. Atau naik 70,25% dari capaian ekspor komoditas pertanian pada periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 9.522,2 juta dolar.
Tanda-tanda membaiknya kinerja ekspor pertanian memang sudah tampak sembelumnya. Memasuki triwulan I 2008, nilai indeks tendensi bisnis (ITB) sektor pertanian mencapai rekor 126,29. Indikator optimisme bisnis ini terbilang paling tinggi dibanding sektor lain. ITB rata-rata antarsektor pada periode itu adalah 114,84. Optimisme itu pun terbukti. Di tengah beratnya tekanan ekonomi akibat krisis harga BBM, secercah harapan datang dari sektor pertanian. Produksi sejumlah komoditas pertanian meningkat cukup tajam. Sebagai contoh, menurut BPS, pada 2008 produksi padi diprediksi meningkat 4,76%, jagung 11,79%, dan kedelai 22,11%.
Bersama naiknya perkiraan capaian produksi, secara riil ekspor pertanian � sebagaimana terpapar pada beberapa laporan BPS terakhir � melesat tajam.Mentan berharap, peningkatan kinerja ekspor tersebut tak sekadar menambah devisa negara. Lebih dari itu, kata dia, prestasi ini bisa membuat kita lebih optimis dalam membangun kejayaan bangsa dan negara. "Yang tak kalah penting, semoga para petani, yang menjadi mayoritas angkatan kerja di Indonesia, bisa lebih sejahtera," tegas Ant