19 Oktober 2009

Lo-Loh, Jamu Tradisional Untuk Sapi


Lo-Loh, Jamu Tradisional Untuk Sapi

Sebagian orang mungkin akan merasa heran dengan adanya jamu tradisional untuk sapi. Pada umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis jamu lainnya dengan khasiat tertentu termasuk penambah nafsu makan. Sedangkan jamu untuk ternak oleh sebagian masyarakat Lombok dikenal dengan sebutan Lo-Loh. Jamu ini terbuat dari berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan yang biasa digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa. Kemungkinan setiap wilayah memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya.

Para pembuat jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi dan kemudian menjual kepada para peternak. Jamu ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan ternak. Sementara ini lebih banyak diberikan pada ternak sapi yang digemukkan. Peternak menginginkan sapi-sapi yang dipeliharanya dapat cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.

Pada usaha penggemukan, sapi dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini ditentukan oleh peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu. Pertambahan berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetis ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun kualitasnya). Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan sapi potong unggul seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus). Pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.

Ternak dapat hidup dan berproduksi membutuhkan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya. Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya diperhitungkan berdasarkan berat badannya yaitu seberat 3% dari berat badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK). Hal ini karena hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Pemberian jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan PBBH. Jika ternak lekas gemuk, maka dapat lebih cepat dijual sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

Di Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan. Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI). Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1 tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi yang diberikan jamu tradisional; 2) mengetahui efektifitas jamu tradisional terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan umur dan bangsa ternak potong. Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak 10 butir/ekor. Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak secara berkala dan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi per hari.

Kegiatan yang didanai dari Program P4MI pada BPTP NTB ini telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek jamu tradisional (lo-loh) pada penggemukan ternak sapi. Selama ini jamu semacam itu hanya diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu penggemukan. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi khususnya.

Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam


Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering

Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun meningkat sekitar 4,4%, sedangkan produksi kacang tanah hanya meningkat sebesar 2,5%. Peningkatkan produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan meningkatan luas lahan maupun meningkatkan produksi. Luas tanam kacang tanah sejak tahun 1969 hingga tahun 2004 terus bertambah, dari sekitar 200.000 ha menjadi sekitar 837.000 ha, atau meningkat lebih dari 200%. Dari luas tanam tersebut, sekitar 60% kacang tanah ditanam di lahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa lahan kering memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi kacang tanah di tingkat nasional.

Luas lahan kering di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mencapai 51.162 ha atau 92% dari total lahan pertanian di kabupaten tersebut. Tetapi, luas pertanaman kacang tanah hanya sekitar 3.326 ha dengan produktivitas 1,15 t/ha. Dengan demikian pengembangan kacang tanah di Banjarnegara dapat diarahkan ke lahan kering.

Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Untuk menghindari resiko kegagalan panen, pemilihan waktu tanam dan varietas harus tepat. Apabila waktu tanam pada suatu lokasi pengembangan telah diketahui, maka langkah selanjutya adalah menyusun pola tanam. Dalam penyusunan pola tanam, selain aspek biofisik, pola tanam yang telah berkembang pada masyarakat setempat juga harus diperhatikan, sehingga pola tanam yang dikembangkan bukan merupakan sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari pola tanam yang telah ada.

Pola tanam di lahan tegal di wilayah Banjarnegara pada MH I adalah ubi kayu monokultur, tumpangsari antara ubikayu-jagung atau ubikayu-padi gogo atau ubikayu-kacang tanah dengan populasi masing-masing 100%. Dengan mengubah tata letak tanaman ubikayu menjadi baris ganda, maka memungkinkan kacang tanah ditanam kembali pada MH II di antara tanaman ubikayu baik setelah jagung, padi gogo atau kacang tanah pertama. Hal ini berarti akan terjadi penambahan luas pertanaman kacang tanah. Dengan menambah intensitas tanam berarti akan meningkatkan produksi dan sekaligus menambah pendapatan petani.

Penelitian di Banjarnegara dilakukan dengan menanam ubikayu dengan jarak tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m dan (60 cm x 70 cm) x 2,6 m. Kacang tanah ditanam diantara baris ganda ubikayu. Pada saat tanam kacang tanah MH II, ubikayu sudah berumur tiga bulan. Pada sistem tanam baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m dan (60 cm x 70 cm) x 2,6 m populasi ubikayu masing-masing sekitar 105% dan 86% dibandingkan cara petani (monokultur) dengan jarak tanam 120 cm x 80 cm. Populasi kacang tanah pada kedua pola tersebut sekitar 70% dari populasi monokultur.

Dengan pola tanam seperti di atas maka indeks pertanaman yang semula hanya 200 berubah menjadi 256. Hal ini terjadi karena pada MT I, kacang tanah ditanam dengan populasi 100% dan ubikayu 86%, sedangkan pada MT II, kacang tanah ditanam dengan populasi 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil kacang tanah yang ditanam di antara baris ganda ubikayu 2 m lebih jelek dibandingkan pada jarak 2,6 m, terutama disebabkan oleh tingkat naungan yang lebih tinggi. Hasil kacang tanah MH II pada sistem tanam ubikayu (60 cm x 70 cm) x 2 m berkisar antara 98 kg – 114 kg/ha polong kering, sedangkan pada sistem tanam ubikayu (60 cm x 70 cm) x 2,6 m berkisar antara 676 kg – 924 kg/ha polong kering (populasi kacang tanah 70%).

Hasil ubikayu pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m (populasi ubikayu 105%) maupun (60 cm x 70 cm) x 2,6 m (populasi ubikayu 86%) lebih tinggi dibandingkan cara petani. Berat umbi pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2 m adalah 3,74 kg/pohon atau 25,08% lebih tinggi dibandingkan cara petani (Gambar 3). Sedangkan hasil umbi dengan sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m adalah 56,86% lebih tinggi dibandingkan cara tanam petani (Gambar 4). Pada sistem baris ganda (60 cm x 70 cm) x 2,6 m meskipun populasi ubikayu hanya 86% dari cara petani akan tetapi umbi yang diperoleh 56,86% lebih tinggi sehingga kekurangan populasi ubikayu tersebut masih dapat dikompensasi dengan kenaikan hasil. Selain itu, menurut petani dengan cara tanam tersebut memudahkan perawatan ubikayu.

Sistem tumpangsari ubikayu dengan kacang tanah mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) Meningkatkan C-organik tanah, juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah lainnya, (2) Tanaman kacang-kacangan dapat menyumbangkan sekitar 30 % N hasil dari proses fiksasi N kepada tanaman lainnya dalam sistem tumpangsari maupun rotasi. Tambahan dari residu akar tanaman legume sekitar 5-15 kg N/ha, (3) Menurunkan erosi sekitar 48% dan hasil umbi 20% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil ubikayu monokultur, (4) Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani, (5) Menjamin ketersediaan pakan ternak dan (6) Menjamin kelestarian lahan dan stabilitas hasil.

Di samping mempunyai beberapa keuntungan, sistem tumpangsari juga mempunyai kelemahan diantaranya adalah terjadinya kompetisi cahaya dan hara antara tanaman utama dan tanaman sela. Adanya kompetisi tersebut dapat menurunkan produktivitas tanaman utama dan tanaman sela. Dampak negatif dari pengaruh kompetisi tersebut dapat dikurangi dengan cara: (1) menyediakan hara sesuai kebutuhan tanaman utama dan tanaman sela, (2) menanam varietas yang daya kompetisinya tinggi, (3) mengatur populasi tanaman agar optimal, dan (4) memperpendek periode kompetisi. Periode kompetisi dapat diperpendek dengan mengatur jadwal tanam antara tanaman utama dan tanaman sela, hasil ubikayu dan kacang-kacangan mencapai 85% dan 90% dibanding tanam monokultur jika ubikayu ditanam pada 1 hingga 2 minggu setelah tanam kacang-kacangan.

Peresmian Pusat Informasi Agribisnis (PIA) Deptan untuk Mendorong Investasi di Bidang Pertanian

Sumber Berita : Sekretariat Jenderal


Jakarta, 7 Oktober 2009. Pada hari Senin, tanggal 5 Oktober 2009, Menteri Pertanian Dr. Ir. Anton Apriyantono, M.S. meresmikan penggunaan Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA). Acara peresmian tersebut dihadiri oleh tidak kurang dari 250 orang hadirin yang mewakili berbagai kalangan, mulai dari para pemangku kepentingan pembangunan pertanian, wakil-wakil asosiasi, wakil-wakil kementerian dan lembaga negara, wakil dari LSM serta undangan lainnya.


Mengawali kata sambutannya, Menteri Pertanian menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT, dan berterimakasih kepada para pemangku kepentingan pertanian, terutama para petani yang telah berkontribusi terhadap kemajuan pertanian beberapa dekade terakhir ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para Menteri Pertanian sebelumnya yang telah ikut meletakkan landasan kemajuan dan sangat membantu dalam capaian gemilang pertanian beberapa tahun terakhir ini.


Pada bagian lain sambutannya Menteri Pertanian mengatakan bahwa PIA dapat dipandang sebagai salah satu pintu masuk (entry point) bagi masyarakat pertanian maupun masyarakat secara umum untuk mengenal secara lebih mendalam “dunia pertanian”, sekaligus dapat menjadi sarana edukasi bagi dunia pendidikan, serta sarana hiburan dan rekreasi bagi masyarakat. Gedung PIA ini dharapkan dapat menjadi land-mark bagi kawasan perkantoran Departemen Pertanian, dan menjadi pemicu kreatifitas dan daya inovasi insan pertanian. Gedung PIA adalah gedung milik publik, dimana seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin.


Terdapat 3 (tiga) kegiatan utama yang diharapkan dapat berlangsung secara berkesinambungan di dalam gedung PIA ini, yaitu Pertama adalah kegiatan yang sifatnya pembelajaran (edukasi), yaitu dengan tersedianya informasi yang mendukung dalam mengedukasi masyarakat umum, khususnya di bidang pertanian, antara lain berupa perpustakaan digital, koleksi peraga di bidang pertanian, koleksi tanaman di area luar gedung (out door) dan beberapa program multimedia yang menggambarkan pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian. Kedua adalah kegiatan layanan informasi tentang pelaksanaan program pembangunan pertanian secara menyeluruh yang dikemas dalam bentuk semi detail sebagai penunjang pengembangan bisnis di bidang pertanian. Layanan informasi ini diharapkan mampu memberikan gambaran iklim investasi yang kondusif dan prospektif, sehingga dapat memberi semangat kepada pemangku kepentingan untuk meningkatkan investasinya di sektor pertanian. Ketiga adalah kegiatan yang sifatnya rekreatif, yaitu dengan tersedianya berbagai peragaan baik dalam bentuk pameran atau display, maupun kegiatan yang telah dikemas dalam bentuk program multimedia. Di samping itu, disiapkan pula area rekreasi di luar gedung PIA yang berisi koleksi berbagai tanaman, serta lahan yang disediakan untuk bertanam tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai.


Menteri Pertanian selanjutnya menekankan perlunya kesinambungan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pemanfaatan gedung PIA ini untuk memajukan program pembangunan pertanian.


(Sumber: Biro Hukmas Deptan).

Menteri Pertanian Menyerahkan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Tahun 2009 Kepada 9 Pemulia Tanaman Terbaik

Sumber Berita : Sekretariat Jenderal Deptan


Pada tanggal 2 Oktober 2009 bertempat di hotel Grand Hyatt Menteri Pertanian menyerahkan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (KILB) Tahun 2009 kepada 9 pemulia tanaman terbaik. Kesembilan pemulia tanaman terbaik Tahun 2009 yaitu Dr. Aan A. Daradjat, Pemulia Tanaman Padi dari Balai Basar Penelitian Tanaman Padi; Dr. Ir. Budi Marwoto, MS, APU, Pemulia Tanaman Hias dari Balai penelitian Tanaman Hias; Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS, Dosen dan Pemulia dari Institus Pertanian Bogor; Dr. Ir. H. Sudjindro, MS, Pemulia Tanaman Serat dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat; Ir. Nurul Hidayati, Pemulia Tanaman Sayuran dari PT. East West Seed Indonesia; Prof. (Emeritus) H. Achmad Baihaki, Ir.M.Sc.Ph.D., Guru Besar UNPAD dan Pemulia Tanaman Serealia; Dr. Abdul Razak Purba, Pemulia Kelapa Sawit dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS); Dr. Ir. Darman Moudar Arsyad, Pemulia Tanaman Seralia dari BB2TP, Badan Litbang Pertanian; MS, Ir. Asep Harpenas, Pemulia Tanaman Sayuran dari PT. East West Seed Indonesia. Para Pemulia boleh berbangga hati karena selain memperebutkan tropy, piagam penghargaan juga berhadiah uang tunai sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) untuk setiap penerima anugrah.

Program Pemberian anugerah KILB 2009 merupakan implementasi dari Instruksi Presiden pada sidang kabinet dan hasil keputusan Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (TIMNAS PPHKI) yaitu agar memberikan anugerah (award) kepada penghasil kekayaan intelektual pada tahun 2009 atas anggaran Depdiknas yang pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Kementrian Negara Ristek dan didukung oleh instansi anggota Timnas PPHKI, termasuk Departemen Pertanian.

Target pemberian anugerah KILB 2009 disediakan oleh Depdiknas sebanyak 50 calon penerima anugerah yang terdiri dari empat kategori. Pertama adalah Kategori Bidang Teknologi atau Penghasil Hak Paten, yang meliputi 13 sub bidang. Kedua adalah Kategori Bidang Varietas Tanaman atau Penghasil Hak PVT, yang mencakup 12 sub bidang . Yang Ketiga ialah Kategori Bidang Ilmu Pengetahuan atau Penghasil Hak Cipta yang terdiri atas 24 sub bidang, dan yang terakhir ialah Kategori Bidang Industri Kreatif yang meliputi 13 sub bidang.

Dari target 50 calon penerima anugerah KILB 2009 hanya dapat ditetapkan 21 pemenang yang memenuhi kriteria, seleksi dilakukan sangat panjang dan ketat karena kriteria yang ditetapkan sangat lengkap dan berat, penilaian dilakukan oleh Tim Penilai yang melibatkan unsur Pemerintah, Asosiasi, Pengusaha dan Akademisi yang ditetapkan oleh Mendiknas sesuai dengan kategori masing-masing anugerah.

Hasil akhir penilaian ditetapkan 21 calon penerima penghargaan yang terdiri dari Kategori Bidang Teknologi atau Penghasil Hak PATEN sebanyak 9 orang; Kategori Bidang Varietas Tanaman atau Penghasil Hak PVT sebanyak 9 orang; dan Kategori Bidang Ilmu Pengetahuan sebanyak 3 orang.

Pada kesempatan malam Anugerah KILB yang dibuka oleh Mendiknas sebagai penanggung jawab Program ini, selain penyerahan anugerah oleh Menteri Pertanian kepada 9 Pemulia Tanaman terbaik, juga diserahkan kepada 12 pemenang anugerah KILB Bidang Teknologi yang dilindungi dengan hak Paten dan Ilmu Pengetahuan yang mendapatkan perlindungan hak Cipta, oleh Menteri Hukum dan HAM, Mendiknas dan Menristek.

Khusus Bidang Varietas Tanaman event penganugerahan ini merupakan momentum yang sangat baik bagi pemerintah untuk memberikan penghargaan kepada para pemulia terbaik yang telah berjuang dan meneliti cukup lama dalam menghasilkan varietas unggul-varietas unggul handal, yang mempunyai andil cukup besar dalam pengembangan agribisnis dan swasembada pangan tahun 2008. Selain itu momentum ini juga diharapkan dapat memberikan semangat kepada generasi muda sehingga bergairah dalam melakukan penelitian khususnya untuk merakit varietas unggul baru.

Berikut adalah ke”luar biasa”an dari para penerima anugerah dibidang varietas tanaman :

  1. Dr. Aan Andang Daradjat dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, bersama timnya telah menghasilkan sejumlah varietas padi, 28 varietas diantaranya telah memperoleh sertifikat dari kantor PVT. Salah satu varietas terbaiknya adalah Ciherang, yang terkenal dan luas ditanam petani, sehingga mampu menggeser varietas IR64 yang telah mendominasi pertanaman padi di Indonesia selama 22 tahun. Pengggunaan varietas unggul Ciherang dan varietas-varietas lain yang setipe menjadikan Indonesia mampu berswasembada beras di tahun 2008.
  2. Dr. Ir. Budi Marwoto dari Balai Penelitian Tanaman Hias, berhasil menciptakan 19 varietas unggul krisan, 2 varietas di antaranya telah dilindungi hak PVT, 5 varietas lili, 4 varietas anyelir. Varietas krisan yang dihasilkan telah berkembang di seluruh sentra produksi di tanah air yang berdampak positif terhadap penumbuhan industri tanaman hias dan pengembangan ekspor.
  3. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati MS., Dosen & Pemulia di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB. Bersama Timnya, Dr. Sriani telah menghasilkan pepaya unggul yang unik, dan terdaftar di Pusat PVT. Diantaranya, pepaya mini ’Arum Bogor’, pepaya jingga ’Prima Bogor’, dan pepaya penghasil papain ’Wulung Bogor’. Diseminasi benihnya telah dilakukan ke sentra produksi pepaya terutama di Jawa, Sumatra, dan Bali, serta Kalimantan. Varietas unggul lain yang dihasilkannya adalah Cabai hibrida IPB.
  4. Dr. Ir. H. Sudjindro MS, adalah pemulia kenaf dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang (BALITTAS), menghasilkan 11 varietas kenaf dan 1 diantaranya telah berhasil dilindungi Hak PVT yaitu varietas Karangploso 15. Varietas unggul ini sudah dikomersialisasikan melalui perjanjian lisensi dengan PT. Global Agrotek Nusantara. Dengan varietas unggul kenaf hasil rakitannya, Doktor lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini banyak membantu petani kenaf di daerah Lamongan Jawa Timur serta daerah-daerah lain, serta menciptakan alternatif pemanfaatan bahan baku untuk kebutuhan industri hilir yang bernilai tinggi.
  5. Nurul Hidayati SP., ini adalah seorang breeder, sekaligus Crop Breeding Manager yang bekerja di PT. East West Seed Indonesia. Ia berhasil menciptakan 20 varietas tomat hibrida, 11 varietas terong hibrida dan 7 varietas sayuran daun. Sejak tahun 1990, Nurul yang merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor memulai karirnya dan memelopori dalam kegiatan resistant breeding untuk bakteri layu (Ralstonia solanacearum) pada tomat hibrida, late blight (Phytophthora infestans) pada tomat, nematoda pada tomat, dan geminivirus pada tomat di Indonesia.
  6. Prof. Dr. Achmad Baihaki MSc., dikenal sebagai pendidik para pemulia generasi muda di Universitas Padjadjaran Bandung, dan pemulia kedelai yang telah berhasil menciptakan 2 (dua) varietas kedelai yang disesuaikan dengan lingkungannya. Baihaki yang juga pendiri Jurnal Imiah Zuriat dan Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia, dimasa senjanya masih mampu menghasilkan 5 (lima) varietas hibrida jagung yang direncanakan akan dilepas tahun 2009.
  7. Dr. A. Razak Purba dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, menghasilkan 4 varietas unggul yang saat ini penggunaan varietas-varietas baru tersebut sudah sangat meluas. Penekanan pada peningkatkan rendemen minyak (yang mencapai 27,5% pada skala komersial) merupakan aspek utama dirilisnya varietas-varietas ini, selain kecocokannya untuk dikembangkan pada daerah pertanaman di mana tenaga pemanen sangat sulit diperoleh.
  8. Dr. Ir. H. Darman M. Arsyad, MS seorang pemulia kedelai di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, telah menghasilkan 20 varietas unggul kedelai, tujuh varietas diantaranya sebagai pemulia utama dan 13 varietas lainnya sebagai anggota tim pemulia. Varietas kedelai Wilis dan Tanggamus yang dikenal dan menyebar luas di Indonesia adalah hasil seleksi dan karya yang membanggakan bagi yang bersangkutan.
  9. Ir. Asep Harpenas, pemulia tanaman dari PT. East West Seed Indonesia, adalah salah satu dari sejumlah pemulia cabai yang telah mempopulerkan cabai hibrida di Indonesia. Ia telah menghasilkan 33 varietas cabai, paria, oyong dan kacang panjang, dua puluh varietas diantaranya telah terdaftar dan telah mendapatkan sertifikat Hak PVT. Dia adalah pelopor penggunaan galur mandul jantan (CMS) di Indonesia. Inovasi ini berpengaruh dalam sistem produksi benih sehingga menjadi lebih mudah dan ekonomis, yang pada gilirannya berdampak pada efisiensi usaha perbenihan. Varietas-varietas yang dihasilkan.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com